MERAUP RUPIAH DARI SILAIS DAN BAUNG

Ikan selais dan baung dapat dimanfaatkan sebagai komoditi. Kedua jenis ikan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai komoditas ekonomi. Masyarakat Desa Tamiang Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis dan Desa Tasik Betung Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak, melihat potensi tersebut sebagai penambah pendapatan mereka. .

Sosialisasikan Cagar Biosfer Lewat Blog

CAGAR Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (CB GSK-BB) kini juga disosialisasikan melalui media internet. Tentunya di era kemajuan teknologi ini akses tercepat untuk mendapatkan informasi adalah melalui internet.

Tingkatkan Program Budidaya di Cagar Biosfer'

Suatu kawasan akan mempunyai kontribusi bagi manusia, apabila budidayanya baik. Karena dengan adanya budidaya itulah suatau kawasan dapat berkembang. Demikian halnya yang dilakukan oleh Sinarmas Forestry (SMF) terhadap Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB).

Riau Miliki Pengolahan Air Gambut Terbesar

BUKITBATU (RP)- APAG 60 atau Alat Pengolaan Air Gambut 60 yang dipasang di Tanjungleban, Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau merupakan alat pengolahan air gambut terbesar di Indonesia

SAM KEHUTANAN RESMIKAN SEKRETARIAT CAGAR BIOSFER

GSKBB - Staf Ahli Menteri (SAM) Kehutanan Dr Agus Mulyono meresmikan pemakaian Sekretariat Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSKBB).

Minggu, 24 Juni 2012

Pelestarian Rawa Gambut





SEBAGIAN besar kawasan hutan Riau terdiri dari areal rawa gambut. Kondisi tersebut sesuai dengan kondisi lahan di Riau yang memang hampir sebagian besar terdiri atas tanah gambut. Ada yang mempunyai kedalaman cukup jauh, namun ada juga yang sangat-sangat dalam, sehingga perlu perlakuan khusus terhadap kawasan itu.

Giam Siak Kecil termasuk salah satu kawasan dengan tutupan gambut yang dalam. Karenanya, upaya mengkonservasi kawasan ini bukan saja bermanfaat untuk melindungi habitat satwa dan flora yang ada di dalam areal ini, namun juga menjaga terpeliharanya kondisi lahan yang ada. Karenanya, lahan gambut di Giam Siak Kecil memerlukan perhatian lebih, terutama dalam pengaturan tata air agar keseimbangan ekosistem dapat tetap terjaga dengan baik. Tanpa adanya pemahaman terhadap hal tersebut, lahan gambut akan mengalami degradasi cukup parah, kekeringan bahkan rawan terhadap terjadinya kebakaran hutan.

Pemerintah juga melarang adanya aktivitas penebangan termasuk alih fungsi lahan di kawasan gambut Giam Siak Kecil. Tujuannya untuk tetap mempertahankan kondisi keaslian dari alam dengan kontur lahan gambut tersebut.(febria-gsj/dac)

Minggu, 10 Juni 2012

Kearifan Masyarakat Cagar Biosfer GSK-BB

HUTAN: Bentangan hutan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu.
RATA-RATA masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu bersuku Melayu. Berdasarkan informasi dari beberapa tokoh adat di sana, diketahui bahwa pada dasarnya budaya suku Melayu asli yang tinggal di sekitar hutan cukup adaptif dengan lingkungan. Hubungan antara masyarakat dengan hutan dan ladang tidaklah bercorak eksploratif. Bisa diartikan meski masyarakat tersebut memiliki pekerjaan membuka lading berpindah, namun areal yang dimanfaatkan hanya sebatas kemampuan mereka yaitu antara satu sampai dua hektar.
Selain itu rotasi perpindahan ladang masyarakat asli lebih menunjukkan pola keteraturan antara satu ladang dengan ladang lainnya. Misalnya masyarakat asli Desa Tasik Serai Timur dalam membuat ladang senantiasa melibatkan anggota keluarga secara luas, yakni ayah, anak dan saudara lainnya. Tidak hanya itu saja dalam membuka ladang, mereka juga senantiasa mengukur kemampuan dan kebutuhan mereka.
Di sana juga ada sebuah keyakinan yang dikenal dengan sumpah hantu ladang berupa mekanisme kontrol terhadap upaya eksploitasi terhadap hutan. Jadi jika dilanggar maka mereka akan mengalami bencana, seperti sakit atau diterkam harimau dan binatang buas lainnya. (afra-gsj/dac)



Jumat, 08 Juni 2012

Arwana Asia, Merah Keberuntungan



Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu menyimpan banyak sekali keanekaragaman flora dan fauna. Salah satu di antaranya adalah Sceleropages formosus yang lebih dikenal dengan Arwana Asia. Selain itu, ikan ini juga sering disebut sebagai Siluk Merah. Ikan ini termasuk ikan air tawar yang memang hidup di kawasan Asia Tenggara.

Nah, umumnya ikan ini memiliki warna keperak-perakan. Arwana asia ini juga sering dihubung-hubungkan dengan naga, sehingga disebut “Ikan Naga”. Untuk varietasnya sendiri terdiri dari empat warna dengan lokasi yang berbeda. Hijau bisa ditemukan di Indonesia, Vietnam, Birma, Thailand dan Malaysia. Lalu emas dengan ekor merah dapat ditemui di Indonesia. Sedangkan emas saja, bisa ditemukan di Malaysia. Terakhir warna merah bisa ditemukan di Indonesia.

Arwana Asia ini juga termasuk dalam daftar spesies langka yang terancam punah. Jumlahnya semakin menurun karena diperdagangkan sebagai ikan akuarium dan juga dianggap membawa keberuntungan. (afra-gsj/new)

TANAM JELUTUNG DI BUKIT BATU



DOKUMENTASI : Peneliti dari LSM Askul  Jepang sedang mengambil dokumentasi tanaman Jelutung di lahan perekebunan masyarakat, di SM Bukit Batu.

Getah tanaman rawa hutan tropis ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan ban, pernis, dan barang kerajinan lainnya. Tidak kalah penting lagi, tanaman ini bermanfaat sebagai penutupan lahan rawa  dan bisa menyumbang penyerapan karbon. Artinya, tanaman yang disebut Jelutung  bisa mengurangi pemanasan global.

Laporan, MASHURI KURNIAWAN, Bukit Batu mashurikurniawan@riaupos.co
UPAYA  itulah yang menjadi dasar Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) melakukan penanaman kembali jelutung di Suaka Margasatwa Bukit Batu, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Dibantu Kelompok Masyarakat Peduli Hutan (KMPH) Temiang, PILI menanami lahan rawa yang rusak karena aktifitas penebangan liar beberapa tahun silam.

3.600 Bibit Baung Dilepaskan di GSK-BB


TASIKBETUNG (RP) - Sebanyak 3.600 bibit ikan baung dilepaskan di Tasik Betung, kawasan inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB), Kamis (9/2) siang. 

Bibit ikan tepatnya dilepaskan di areal keramba tempat pelaksanaan uji coba perbesaran ikan baung hasil kerja sama PT Arara Abadi bersama Universitas Islam Riau (UIR).

“Ini hasil kerja sama kami dengan UIR. Ada sekitar 40.000 bibit ikan rencananya yang akan diuji coba besarkan di Tasik Betung ini. Gunanya, jika program ini berhasil dan dapat diajarkan ke masyarakat. Dapat menjadi alternatif mata pencarian masyarakat di Tasik Betung,” ujar Yuyu Arlan Manager Flagship Conservation Sinarmas Forestry, disela-sela kegiatan pelepasan bibit ikan.

Universitas Kyoto Biayai Ilmuwan Muda


RIAU provinsi yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar,  Kekayaan itu  penting untuk dieksplorasi dan digali .   Mendukung hal ini,  Universitas Riau telah melakukan kerjasama dengan  Universitas  Kyoto untuk melakukan penelitian guna menggali potensialam yang ada di Riau. Kerjasama antara Universitas Riau dengan Universitas Kyoto telah terjalin sejak tahun 2009 lalu. Dalam kurun waktu antara bulan Maret 2009 hingga Maret 2012,  tidak kurang dari 21 orang peneliti dari Universitas  Kyoto telah berdatangan ke Riau.
           “Maksud  kedatangan mereka adalah untuk mengenal dan mengkaji karakteristik serta dampak perubahan ekosistem lahan gambut, khususnya di kawasan Bukit Batu yang merupakan bagian dari Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Dalam hal ini, beberapa peneliti dari Universitas Riau terlibat dalam proyek bertajuk Exploration and SustainbleManagement of Bioresources in Tropical Peatland Ecosystem tersebut,” jelas Dr Ahmad Muhammad salah satu peneliti yang turut berperan dalam proyek tersebut.
Menandai  berakhirnya proyek tersebut, Universitas Kyoto pada bulan Desember 2011  lalu telah memberikan bantuan berupa hibah penelitian (research grant) sebesar Rp 3.000.000,- per orang kepada mahasiswa-mahasiswa yang terpilih dari berbagai fakultas yang ada di lingkungan Universitas Riau. Tujuan pemberian hibah ini tak lain adalah merangsang minat penelitian para mahasiswa sebagai ilmuwan junior untuk lebih mengenal sumberdaya alam yang ada di Riau dan menggali potensinya
Dari 42  mahasiswa yang mengajukan beasiswa,  Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Riau menetapkan 16 diantaranya sebagai penerima hibah tersebut sehingga penelitian  Tugas Akhir mereka dkendala biaya.  Ke-16  mahasiswa tersebut berasal dari beberapa fakultas diantaranya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Teknik, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).  Proses seleksi penerima beasiswa student research grant  ini langsung ditangani oleh Prof Kosuke Mizuno perwakilan dari Universitas Kyoto sekaligus yang telah berjasama mendatangkan dana dalam kegiatan ini.
“Bahwa Prof Kosuke Mizuno selaku Koordinator Proyek dari Universitas Kyoto merasa sangat terkesan dengan apa yang telah dicapai oleh para peneliti junior tersebut. Ia tidak menyangka bahwa dengan dana bantuan yang relative kecil itu dapat dieksplorasi berbagai karakteristik maupun potensi sumberdaya alam yang ada di Riau,” jelasnya dalam pertemuan singkat di acara ‘Seminar Hasil Penelitian Program  Student Research Grant Universitas Riau –Kyoto University (3/5) lalu di gedung FMIIPA Univesitas Riau.
Selain itu,  dalam kata sambutannya pada awal pembukaan seminar, Prof Amir Awaluddin yang memegang  jabatan sebagai Ketua KUI Universitas Riau mengungkapkan bahwa akan terus berusaha menggalang kerjasama dengan berbagai universitas  di luar negeri  untukmencari peluang pendanaan penelitian  oleh para mahasiswa  sebagai ilmuwan-ilmuwan junior.
“Student  research grant  sangat penting nilainya, karena dapat membantu biaya penelitian bagimahasiswa yang sedang atau akan melakukan penelitian. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam menyelesaikan penelitian membutuhkan biaya yang sangat banyak, dan  dana hibah dari student research grant ini sangat membantu dalam menyelesaikan penelitian kami,” tutur Shinta Ariani Zega, mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA salah satu penerima  student research grant saat ditemui usai acara tersebut dengan penuh semangat. (diah-gsj/dac)

Senin, 04 Juni 2012

Cervus unicolor, Si Tanduk Indah




    
CAGAR   Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB) menyimpan banyak keanekaragaman flora dan fauna. Termasuk bianatang  mamalia,  salah satu diantara binatang mamalia  itu adalah Cervus unicolor   atau yang lebih dikenal degan rusa sambar.
Selain di Sumatera,  satwa ini juga bisa dijumpai di Kali-mantan dan  Sulawesi.  Binatang ini sangat memerlukan tempat hidup  yang banyak sumber  air. Oleh sebab itu, biasanya mereka hidup di padang rumput  tepi  sungai atau rawa-rawa di hutan.
Rusa sambar juga dikenal dengan binatang bertanduk  indah. Ia  memiliki ukuran tubuh yang dapat  mencapai tinggi  160 cm  dengan berat badan mencapai  300 kg.  Karena  keindahan tanduk dan juga dagingnya yang merupakan sumber lemak bagi masyarakat pedalaman, binatang ini banyak diburu. Akibat dari kegiatan yang bertentangan dengan hukum ini,  populasi  satwa rusa  sambar di habitat alaminya semakin menurun. Rusa sambarpun kini termasuk ke dalam jenis hewan yang dilindungi. Itulah sekilas mengenai rusa sambar. (afra-gsj/int)