Keanekaragaman hayati yang ada di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu, tidak hanya memberikan kegembiraan yang mendalam oleh para satwa yang mendiaminya. Namun, juga memberikan sejuta manfaat bagi manusia. Salah satu spesies tanaman yang saat ini dikembangkan dan diteliti adalah Bintangur. Bintangur atau Bintangor adalah salah satu spesies tumbuhan dalam famili Calophyllaceae yang berasal dari Semenanjung Malaysia dan Kalimantan yang saat ini juga mendiami cagar biosfer. Spesies satu ini mempunyai nama botaninya Calophyllum austrocoriacium. Pokok Bintangur dapat tumbuh hingga 20 meter (65 kaki). Tumbuhan ini memiliki kulit kayu berwarna kekuning-kuningan, dan mempunyai sedikit rekahan, daunnya keras, dan tekstur permukaan atasnya lekit-lekit. Apabila berbunga, akan tumbuh dalam jambak-jambak yang pendek. Sedangkan buahnya berbentuk bulat, dengan diameternya sebanyak 2-3 sentimeter.
Keistimewaan tanaman ini adalah terbukti bisa digunakan sebagai penghambat pertumbuhan virus HIV. Seperti kita ketahui, Sejumlah obat telah diluncurkan di pasaran untuk menghambat proses pertumbuhan virus HIV sehingga penderita AIDS bisa memiliki waktu lebih banyak untuk menghabiskan sisa umurnya. Dan tak semua penderita AIDS berkantong tebal untuk bisa membeli obat penghambat pertumbuhan virus HIV yang tergolong mahal ini. Namun, dengan adanya kehadiran tumbuhan ini dapat dijadikan obat penghambat virus HIV yang kita tahu sangat mematikan. Tumbuhan bintangur ini mengandung senyawa costatolide dalam getah daunnya. Hasil penelitian menunjukkan senyawa castotolide A cukup efektif menekan pertumbuhan virus HIV.
Di Indonesia, keberadaan tumbuhan ini banyak kita jumpai di kawasan Kalimantan cukup besar. Jadi penderita AIDS tak perlu khawatir akan kekurangan tumbuhan obat ini.
Selain sebagai tanaman obat, kayu bintangur juga memiliki nilai ekonomi dengan mutu kayu setara dengan meranti. Bintangur kerap dipakai sebagai kayu pertukangan, antara lain untuk kayu lapis dan juga diekspor.
0 komentar:
Posting Komentar