Dari 27 siswa-siswi yang hadir pada pelatihan jurnalistik tersebut, terbukti bahwa tidak satupun dari mereka yang megetahui keberadaan Giam Siak Kecil Bukit Batu sebagai cagar biosfer pertama di Riau. Dan dengan adanya sosialisasi tersebut, pemahaman mereka tentang lingkungan serta keberadaan cagar biosfer sudah mulai tergambar saat banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada GSA. Teramat disayangkan, pengetahun para generasi muda tertutup oleh perkembangan zaman modern sekarang ini. hingga tidak lues pikiran mereka untuk mencerna hal baik yang tertinggal dibelakang.
“Ada yang tahu nggak kalau Riau memiliki cagar biosfer?” tutur GSA. Serentak para siswa-siswi yang mengisi ruangan menjawab “tidak”. Kekompakkan mereka menjawab mengenai pertanyaan tersebut bukanlah hal yang spele. Hal tersebeut merupakan bukti nyata bahwa begitu banyak generasi muda yang kurang pemahamannya tentang lingkungan apalagi pengetahuan mereka tentang cagar biosfer GSK BB. Pelatihan jurnalistik hari itu berlangsung serius, para siswa-siswi antusias mengajukan pertanyaan saat Ahmad Idris memberikan pengarahan tentang “Menulis ibarat berenang”. Ternyata, minat menulis peserta GSJ Weekend tampak jelas dengan dibuktikannya hasil tulisan mereka yang dibacakan saat Ahmad Idris meminta peserta untuk menulis bebas tentang apapun.
Materi diskusi tentang cagar biosfer memberi kesan menarik untuk diperbincangkan. GSA mengajukan pertanyaan bagi tiap peserta “Bagaimana kesimpulan presentase duta lingkungan tadi”.Dengan semangat percaya diri peserta dari Siak unjuk kemampuan untuk menyimpulkan presentase GSA. Suasana semakin semarak, karena GSA memberikan kenang-kenangan bagi peserta yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar. Pelatihan tersebut ditutup dengan suasana yang ceria dengan foto bersama. Koordinator GSJ, Asrul Rahmawati, memberikan pengarahan bagi peserta untuk mempersiapkan kondisi fisik yang fit. minggu, 24 Juli 2011, para peserta GSJ Weekend berkunjung ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas. Selain menyaksikan atraksi gajah, peserta GSJ Weekend juga diberi kesempatan mengelilingi halaman PLG dengan menaiki gajah. Tampak keceriaan yang terlepas usai menempuh perjalanan 1 jam untuk sampai di PLG.
Tidak jauh berbeda antusias peserta GSJ saat Azwar H. Nasotion, wakil ketua PLG yang bersahabat memberikan segudang informasi mengenai gajah-gajah yang mereka latih. Jumlah gajah yang ada di PLG Minas saat ini 24 ekor. Dulu sempat memiliki lebih dari 24 ekor gajah, namun sebagian gajah-gajah yang sudah terlatih tersebut banyak dimintai pihak ketiga. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan juga bagi puhak pengelola PLG untuk memantau langsung ke lapangan untuk melihat kondisi gajah-gajah yang berada pada pihak ketiga tersebut. kendala mengurus gajah-gajah tersebut tidak terlalu rumit, karena masing-masing gajah dilatih oleh satu mahot yang berpengalaman. Dari segi kesehatan, gajah-gajah ini sering terserang penyakit seperti cacingan. Hal tersebut mungkin karena kondisi lingkungan tempat gajah bermain tidak terjaga kebersihannya. Namun, Azwar H. Nasotion, selain wakil ketua PLG, beliau juga merupakan paramedis yang andil dalam kesehatan gajah-gajah di PLG bahkan gajah-gajah yang berada dipihak ketiga.
Usai para peserta GSJ Weekend secara bergantian menaiki gajah, para GSA pun tidak ketinggalan. Usai puas menaiki gajah-gajah tersebut, para peserta GSJ Weekend, GSA, Petugas PLG Minas, serta panitia berfoto bersama dengan memasang senyum lebar. Perjalanan hari itu tidak sampai disitu saja, perjalanan dilanjutkan menuju Daur Ulang (Dalang) Collection yang terletak di jalan Gajah Kulim. Selain melihat keunikan dari sampah daur ulang, peserta juga diberikan pengarahan oleh Sofia Seffen sebagai pendiri sekaligus pemilik Dalang Collection tersebut,”Bahwa sampah tidak selamanya menjijikkan.”
Daur ulang sampah-sampah yang terkumpul dari para pemulung tidak langsung diolah di Dalang Collection, tetapi diolah dirumah. Pengolahan dirumah itulah yang menambah pendapatan kaum ibu yang bekerja di Dalang Collection. Bekerja santai tapi menghasilkan nilai ekonomi. Tugas ibu-ibu dirumah hanya sekedar mencuci sampah-sampah yang sudah dipilih terlebih dahulu. Barulah dioalh menjadi tas, sandal, alas kaki dan lain sebagainya menggunakan mesin jahit. Pengerjaan dengan mesin jahit ini dilakukan oleh pekerja yang berpengalaman dibidangnya.
“Awalnya saya mendirikan Dalang Collection ini karena banyaknya permintaan kaum ibu pada tas yang sering saya gunakan saat berbelanja, karena permintaan itulah saya bertekat untuk mengembangkan usaha ini, hingga banyak barang-barang yang dapat saya hasilkan. Dengan memperkerjakan kaum ibu dan para pemulung, selain membantu perekonomian mereka, kami juga membantu mengurangi dampak buruk bagi lingkungan karena banyaknya sampah plastik yang tidak dimanfaatkan dengan baik.” ujar Sofia Seffen. Pelatihan jurnalistik perdana ini membuahkan hasil yang memuaskan. Antusias peserta yang besar serta pemateri yang baik oleh panitia serta kunjungan lapangan yang menarik menjadikan pelatihan tersebut berkesan sangat positif dimata masyarakat.
”Pesan saya kepada adik-adik sebagai generasi muda, mari kita bersama-sama menjaga lingkungan kita agar tidak berdampak negatif bagi kita, yaitu dengan cara memanfaatkan barang-barang bekas menjadi barang yang bisa digunakan lagi. Karena generasi muda inilah yang akan menjadi pundi-pundi masa depan nantinya,”tutup Sofia Seffen. Kunjungan ke lapangan hari itu berakhir di BBKSDA Panam, berakhirnya acara pelatihan tersebut memberikan kepuasan tersendiri bagi panitia pelaksana GSJ Weekend. Kesuksesan kegiatan GSJ Weekend yang pertama kali dilaksanakan bulan Juli ini akan berkelanjutan hingga akhir tahun.
Foto bersama di PLG Minas |
Duta Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu |