KITA tentunya sudah mendengar kisah Lutung Kasarung dalam berbagai dongeng di Indonesia. Namun sebagian besar kita menganggap lutung dalam dongeng itu hanya karangan belaka. Tapi beberapa tahun belakangan ini, sudah banyak peneliti yang menemukan spesies primate satu ini diberbagai kawasan hutan di Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Dan menurut berbagai informasi, ada beberapa ekor Langur atau Lutung di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit batu. Langur atau Lutung adalah jenis monyet dari keluarga monyet Dunia Lama (cercopitheceae). Saat ini terdapat 15 jenis spesies langur yang berhabitat asli di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Langur disebut monyet daun karena seringkali mengonsumsi daun.
Ciri khas monyet ini adalah memiliki perut yang besar, namun bergitu tubuhnya tetap terlihat langsing dengan ekor yang panjang. Langur yang memiliki nama latin Presbytis melalophos memiliki rambut tubuh bervariasi, warnanya berkisar dari merah, perak, abu-abu, emas dan hitam. Berat langur dewasa bervariasi dari 5 kg sampai 18 kg dengan tinggi dari 43 sampai 79 cm, tidak termasuk ekornya yang dapat mencapai panjang dari 53 sampai 107 cm.
Jantannya lebih besar dibanding betina.
Langur berhabitat di hutan hujan panas, hutan rawa lembap sampai hutan pegunungan yang dingin. Sebagian besar waktunya dihabiskan di pohon. Beberapa spesies hidup di tanah. Satu kelompoknya terdiri dari 10 sampai 40 ekor anggota.
Langur betina biasanya melahirkan 1 ekor atau kembar sebanyak 1 atau 2 kali setiap 2 tahun sekali. Anak langur bergantungan pada tubuh induknya dari 150 sampai 220 hari. Hingga spesies ini termasuk sedikit jumlahnya. Dan termasuk hewan yang wajib dilindungi, dan terancam punah perdagangan dan pemburuan hewan ini terus berlangsung (Appendix II). (melati-gsj/dac)