Kamis, 14 April 2011

KRONOLOGIS PENEMUAN BUAYA MUARA

Lokasi : Distrik Bukit Batu
KRONOLOGIS PENEMUAN  BUAYA MUARA
Crocodylus porosus


Latar Belakang
Berawal pada tahun 2007 ditemukan buaya ukuran dewasa di lingkungan kanal distrik humus, terjebak masuk dalam ponton besi yg terisi air hujan mengakibatkan permukaan air dengan ponton besi sama rata sehingga buaya terjebak kemudian dilakukan penangkapan oleh pawang setempat dan dibawa untuk dikarantina, menurut informasi buaya pelihara pawang tersebut mati penyebab kematian belum teridentifikasi, kemudian pada tahun 2008 ditemukan buaya ukuran dewasa di sekitaran parit dekat pemukiman karyawan ditemukan ketika sedang mengintai mangsa kambing milik penghuni mess karyawan, melihat pengalaman sebelumnya pihak perusahaan berinisiatif melakukan penangkapan dan segera melakukan pelepasan ke habitat aslinya di hulu sungai bukit batu, dan pada akhir 2009 ditemukan kembali 3 ekor anak buaya berukuran <1 meter diperkirakan buaya tesebut merupakan generasi dari induk buaya yang tertangkap pada tahun 2008 hingga saat ini masih dalam pengawasan di kolam karantina.

Identifikasi
Jika melihat kronologis diatas, ada beberapa indikator yang berpengaruh buaya keluar dari habitatnya antara lain:
  1. Ekologi
    • Perilaku
Hewan predator memiliki naluri memburu / indra penciuman mencari mangsa, dengan radius cukup jauh hidup untuk mencari mangsa dimana ketersediaan pakanya terpenuhi. Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan serasah dedaunan. Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.

    • Pakan
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, terkadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Jika melihat kondisi kanal yg ada di perusahaan memberikan sumber protein cukup, penyebab buaya keluar dari habitatnya kemungkinan ketersedian pakan di alam tidak mencukupi, pasang surut air berpengaruh terhadap ketersedian ikan tidak seperti kanal perubahan tinggi muka air tidak terlalu signifikan kondisi ini cocok untuk perkembangbiakan ikan. Buaya akan mencari tempat dmana keberadaan pakan berlimpah dan lingkungan yang tenang untuk berkembang biak, terbukti penangkapan buaya pada tahun 2008 disertai penemuan sarang dan telur yang sudah menetas.
  1. Aksesbilitas
    • Area bukit batu merupakan konsesi lahan gambut dimana sistem kanalisasi diaplikasikan untuk kegiatan operasional, setiap kanal memiliki jalur akses yg saling berhubungan, sebagai contoh didalam hutan lindung terdapat anak sungai merupakan inlet dari sungai bukit batu hal ini yang mengidikasikan akses tersebut dijadikan sebagai pintu masuk oleh buaya untuk mencari makan dan tempat baru untuk berkembang biak.
  2. Aktifitas
    • karakteristik sungai bukit batu merupakan salah satu habitat yang cocok bagi buaya muara, dengan vegetasi dan tasik / danau yang biasa digunakan buaya untuk berkembang biak, namun kondisi saat ini aktifitas jalur sungai sering dilalui oleh jalur pompong untuk berbagai kegiatan antara lain: nelayan sungai dan pengangkut kayu illegal, kondisi ini dapat mempengaruhi habitat buaya, karena buaya mencari tempat tinggal yang lebih tenang jauh dari jangkauan aktifitas, tidak seperti di kanal akses digunakan dimana ada kegiatan operasional saja. kemungkinan buaya menggunakan kanal - kanal yang jarang dilalui, kondisi seperti ini yang digunakan buaya untuk mencari kenyamanan berkembang biak dan merupakan  lokasi sumber pakan.
Rekomendasi:
Dari data yang sudah ada dijadikan sebagai acuan yang nantinya akan dilakukan survey lokasi untuk mengindentifikasi lebih lanjut mengenai keberadaan buaya dilihat berdasarkan indikator:
  1. Sumber pakan.
  2. Kondisi habitat
  3. Aksesbilitasi.

0 komentar: