Rabu, 13 Februari 2013

Durian Burung, Bukan Durian Biasa

Incaran Para Pembalak Kayu
CAGAR Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu memiliki beranekaragaman satwa dan tumbuhan. Dan diantaranya sangat berpotensi untuk memenuhi kebutuhan papan. Selain kayu ramin, kayu kempas, jelutung. Ada spesies yang biasa dikenal buahnya, namun ternyata kayunya memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. 
Durio adalah nama marga durian, termasuk ke dalam suku Malvaceae dahulu (Bombacaceae), anak suku Helicteroideae. Dari sekitar 27-30 spesies anggota marga ini, sejauh ini diketahui sembilan spesies yang menghasilkan buah yang dapat dimakan.
Meskipun demikian, masih banyak spesies yang buahnya belum berhasil dikoleksi atau belum dikenal dengan baik; dan masih sangat mungkin untuk mendapatkan spesies lain yang buahnya mungkin dapat dimakan. Kostermans pada tahun 1958 melaporkan persebaran 27 spesies Durio.
Sebanyak 18 spesies ada di Kalimantan, 11 di Semenanjung Malaya, dan 7 di Sumatera. Hasil kajian terhadap koleksi herbarium di Kebun Raya Bogor, masing-masing satu di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Maluku. Durian Burung yang bernama latin Durio Carinatus dikategorikan memiliki buah durian yang tidak bisa dimakan pada umumnya tumbuh di daerah Semenanjung Malaya dan Borneo.
Indonesia memiliki sekitar 4.000 jenis pohon, yang berpotensi untuk digunakan sebagai kayu bangunan. Akan tetapi hingga saat ini hanya sekitar 400 jenis (10%) yang memiliki nilai ekonomi dan lebih sedikit lagi, 260 jenis, yang telah digolongkan sebagai kayu perdagangan. Dan kayu Durian Burung memiliki kualitas tinggi sehingga banyak digunakan dan telah dikategorikan kayu yang komersil atau umum digunakan. Sehingga pembalakan akan kayu jenis ini marak terjadi karena bernilai jual tinggi. 
Ditambah lagi sebagian besar spesies Durio masih tumbuh di hutan liar di Indonesia. Perlu langkah nyata untuk melindungi spesies ini.(melati-gsj/dac)

0 komentar: