MERAUP RUPIAH DARI SILAIS DAN BAUNG
Ikan selais dan baung dapat dimanfaatkan sebagai komoditi. Kedua jenis ikan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai komoditas ekonomi. Masyarakat Desa Tamiang Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis dan Desa Tasik Betung Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak, melihat potensi tersebut sebagai penambah pendapatan mereka. .
Sosialisasikan Cagar Biosfer Lewat Blog
CAGAR Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (CB GSK-BB) kini juga disosialisasikan melalui media internet. Tentunya di era kemajuan teknologi ini akses tercepat untuk mendapatkan informasi adalah melalui internet.
Tingkatkan Program Budidaya di Cagar Biosfer'
Suatu kawasan akan mempunyai kontribusi bagi manusia, apabila budidayanya baik. Karena dengan adanya budidaya itulah suatau kawasan dapat berkembang. Demikian halnya yang dilakukan oleh Sinarmas Forestry (SMF) terhadap Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB).
Riau Miliki Pengolahan Air Gambut Terbesar
BUKITBATU (RP)- APAG 60 atau Alat Pengolaan Air Gambut 60 yang dipasang di Tanjungleban, Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau merupakan alat pengolahan air gambut terbesar di Indonesia
SAM KEHUTANAN RESMIKAN SEKRETARIAT CAGAR BIOSFER
GSKBB - Staf Ahli Menteri (SAM) Kehutanan Dr Agus Mulyono meresmikan pemakaian Sekretariat Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSKBB).
Selasa, 03 September 2013
Young Green Weekend School V
Kamis, 20 Juni 2013
YGWS angkatan III dan IV
Rabu, 19 Juni 2013
Young Green Weekend School II (SIAK)
pembukaan oleh host, Rizky Ade Maisal |
peserta menyimak materi dari bapak Hidayat. |
peserta berdiskusi |
foto bersama pembicara dan panita usai acara |
SEFo dan Cagar Biosfer Ambassador Selenggarakan YGWS
Peserta berfoto bersama dengan Bapak Yuyu Arlan dan Bapak Mulyo Hutomo usai diskusi panel. |
Peserta berfoto bersama usai kegiatan Young Green Weekend School. |
Salah satu peserta dari SMK Kehutanan Pekanbaru menyampaikan program kegiatan mengenai lingkungan yang dilakukan di sekolahnya. |
Minggu, 09 Juni 2013
YGWS 17 Juni 2013
Young Green Weekend School yang bertemakan
“Be Smart Green and Love Giam Siak Kecil Bukit Batu Biosphere Reserve”.
Senin, 11 Maret 2013
YUK IKUTAN YOUNG GREEN WEEKEND SCHOOL
SeFo (Save The Earth Foundation) bersama Cagar Biosfer Ambassador kembali mengadakan
Young Green Weekend School yang bertemakan
“Be Smart Green and Love Giam Siak Kecil Bukit Batu Biosphere Reserve”.
Rabu, 13 Februari 2013
Harimau Sumatera, Sang Raja Menanti Kepunahan
Durian Burung, Bukan Durian Biasa
Incaran Para Pembalak Kayu |
Cagar Biosfer Jadi Wisata Alam Terbatas
Cagar Biosfer, Laboratorium Alam Para Ilmuwan
Rabu, 02 Januari 2013
Langur, Bukan Sekedar Kisah Lutung Kasarung
KITA tentunya sudah mendengar kisah Lutung Kasarung dalam berbagai dongeng di Indonesia. Namun sebagian besar kita menganggap lutung dalam dongeng itu hanya karangan belaka. Tapi beberapa tahun belakangan ini, sudah banyak peneliti yang menemukan spesies primate satu ini diberbagai kawasan hutan di Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Dan menurut berbagai informasi, ada beberapa ekor Langur atau Lutung di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit batu. Langur atau Lutung adalah jenis monyet dari keluarga monyet Dunia Lama (cercopitheceae). Saat ini terdapat 15 jenis spesies langur yang berhabitat asli di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Langur disebut monyet daun karena seringkali mengonsumsi daun.
Ciri khas monyet ini adalah memiliki perut yang besar, namun bergitu tubuhnya tetap terlihat langsing dengan ekor yang panjang. Langur yang memiliki nama latin Presbytis melalophos memiliki rambut tubuh bervariasi, warnanya berkisar dari merah, perak, abu-abu, emas dan hitam. Berat langur dewasa bervariasi dari 5 kg sampai 18 kg dengan tinggi dari 43 sampai 79 cm, tidak termasuk ekornya yang dapat mencapai panjang dari 53 sampai 107 cm.
Jantannya lebih besar dibanding betina.
Langur berhabitat di hutan hujan panas, hutan rawa lembap sampai hutan pegunungan yang dingin. Sebagian besar waktunya dihabiskan di pohon. Beberapa spesies hidup di tanah. Satu kelompoknya terdiri dari 10 sampai 40 ekor anggota.
Langur betina biasanya melahirkan 1 ekor atau kembar sebanyak 1 atau 2 kali setiap 2 tahun sekali. Anak langur bergantungan pada tubuh induknya dari 150 sampai 220 hari. Hingga spesies ini termasuk sedikit jumlahnya. Dan termasuk hewan yang wajib dilindungi, dan terancam punah perdagangan dan pemburuan hewan ini terus berlangsung (Appendix II). (melati-gsj/dac)
Bintangur, Sang Tabib Virus HIV
Keanekaragaman hayati yang ada di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu, tidak hanya memberikan kegembiraan yang mendalam oleh para satwa yang mendiaminya. Namun, juga memberikan sejuta manfaat bagi manusia. Salah satu spesies tanaman yang saat ini dikembangkan dan diteliti adalah Bintangur. Bintangur atau Bintangor adalah salah satu spesies tumbuhan dalam famili Calophyllaceae yang berasal dari Semenanjung Malaysia dan Kalimantan yang saat ini juga mendiami cagar biosfer. Spesies satu ini mempunyai nama botaninya Calophyllum austrocoriacium. Pokok Bintangur dapat tumbuh hingga 20 meter (65 kaki). Tumbuhan ini memiliki kulit kayu berwarna kekuning-kuningan, dan mempunyai sedikit rekahan, daunnya keras, dan tekstur permukaan atasnya lekit-lekit. Apabila berbunga, akan tumbuh dalam jambak-jambak yang pendek. Sedangkan buahnya berbentuk bulat, dengan diameternya sebanyak 2-3 sentimeter.
Keistimewaan tanaman ini adalah terbukti bisa digunakan sebagai penghambat pertumbuhan virus HIV. Seperti kita ketahui, Sejumlah obat telah diluncurkan di pasaran untuk menghambat proses pertumbuhan virus HIV sehingga penderita AIDS bisa memiliki waktu lebih banyak untuk menghabiskan sisa umurnya. Dan tak semua penderita AIDS berkantong tebal untuk bisa membeli obat penghambat pertumbuhan virus HIV yang tergolong mahal ini. Namun, dengan adanya kehadiran tumbuhan ini dapat dijadikan obat penghambat virus HIV yang kita tahu sangat mematikan. Tumbuhan bintangur ini mengandung senyawa costatolide dalam getah daunnya. Hasil penelitian menunjukkan senyawa castotolide A cukup efektif menekan pertumbuhan virus HIV.
Di Indonesia, keberadaan tumbuhan ini banyak kita jumpai di kawasan Kalimantan cukup besar. Jadi penderita AIDS tak perlu khawatir akan kekurangan tumbuhan obat ini.
Selain sebagai tanaman obat, kayu bintangur juga memiliki nilai ekonomi dengan mutu kayu setara dengan meranti. Bintangur kerap dipakai sebagai kayu pertukangan, antara lain untuk kayu lapis dan juga diekspor.
King Kobra, Raja Ular
ULAR king kobra atau Ophiophagus hannah sering dianggap sebagai raja ular berbisa yang paling mematikan. Padahal bisa ular king kobra yang di Indonesia menurut berbagai informasi yang ada, dianggap tidak sebahaya gigitan ular kobra atau ular sendok (Naja SP). Penamaan king kobra (raja kobra) lebih kepada ukurannya yang merupakan ular berbisa terpanjang dan jumlah bisa terbanyak di dunia.
Ular king kobra merupakan salah satu penghuni keanekaragaman hayati yang ada di Cagar Biosfer. Ular ini memiliki panjang tubuh hingga mencapai 5 meter, meskipun umumnya hanya sekitar 3-4 meter saja. Ciri khas ular ini adalah saat terancam mampu menegakkan dan memipihkan lehernya, meskipun kemampuan ini juga dipunyai oleh ular sejenis dari genus Naja SP. Di Indonesia sering disebut ular sendok.
Di Indonesia king kobra memiliki ciri umum berwarna hitam atau coklat tua dengan bagian kepala yang cenderung berwarna lebih terang. Sisik bawah tubuh berwarna keabuan atau kecoklatan, kecuali dada dan leher yang berwarna kuning cerah atau krem dengan pola belang hitam tak teratur, yang nampak jelas ketika ular ini mengangkat dan membentangkan lehernya.
Makanan ular king kobra atau anang adalah berbagai jenis ular baik yang berbisa maupun tidak dan kadal. Ular ini berburu dengan mengandalkan indera penciuman dan penglihatannya yang tajam. Konon dengan kedua indera itu ular king kobra mampu mengawasi mangsanya dari jarak 100 meter.
Ular king kobra merupakan ular berbisa yang memiliki racun berjenis haemotoxcin dan neurotoxcin. Racun ini menyerang sistem saraf dan menimbulkan rasa sakit yang amat sangat, pandangan yang mengabur, vertigo, dan kelumpuhan otot. Kemudian korban akan mengalami kegagalan sistem kardiovaskular, yang jika dibiarkan dapat mengakibatkan kematian. Namun berbeda dengan ular sendok (Naja SP) ular king kobra tidak dapat menyemburkan bisanya.
Ular king kobra menghuni aneka habitat, mulai dari hutan dataran rendah, rawa-rawa, semak belukar, hutan pegunungan, lahan pertanian, perkebunan, persawahan, dan daerah pemukiman. Mampu hidup mulai dari daerah dekat pantai hingga ketinggian 1.800 MDPL.
Populasinya semakin hari semakin menurun, akibat kerusakan habitat utamanya yang disebabkan oleh berkurangnya luas hutan. Karena itu king kobra terdaftar dalam status vulnerable IUCN Redlist dan Apendiks II CITES. Dengan adanya konservasi, diharapkan populasi ular ini tetap stabil walaupun king kobra adalah satwa buas dan menakutkan. (melati-gsj/dac)