“Pada tahun ini, Presiden Republik Indonesia 
“Tidak ada ketahanan pangan tanpa keamanan iklim, ini merupakan fakta yang terjadi saat ini,” kata Prof. Dr. Bustanul Arifin dari Universitas Negeri Lampung. Lebih lanjut, Ia mengatakan perubahan iklim mengakibatkan musim hujan dan kemarau tidak dapat diprediksi sehingga mengakibatkan ketahanan pangan terganggu.
Sementara Dr. M. S Kaban. M. Si, mengatakan Gas rumah kaca karbon dioksida telah meningkatkan konsentrasinya sebesar 35% dibandingkan dengan era pra-industri. Peningkatan gas rumah kaca disebabkan oleh emisi gas dari pembakaran fosil sebesar 67 % dan 20 % emisi dari penebangan hutan dan degradasi hutan di negara berekembang setiap tahunnya.
Workshop ini akan dilakasanakan selama dua hari Selasa (26/7) hingga Rabu (27/7) lalu yang dihadiri perwakilan instansi pemerintah, para ilmuwan dari perguruan tinggi, LSM dan pelaku industri serta para peneliti dari luar negeri. Pembicara dari Indonesia berasal dari instansi pemerintah dan perguruan tinggi antara lain BMKG, LAPAN, Kementrian Pertanian, Kementrian Kehutanan, ITB, IPB, UI, Universitas Tadulako, sedangkan pembicara dari luar negeri adalah para ahli di bidang perubahan iklim yang terkait dengan sektor pertanian dan kehutanan antara lain dari Jepang, Belanda, Filipina, dan Australia.
Pada workhop tahun 2011 ini, difokuskan pada pelayanan informasi iklim dalam mendukung adaptasi dan mitigasi menghadapi perubahan iklim pada sektor-sektor pertanian dan kehutanan, terutama untuk menyiapkan kalender tanam dan kesesuaian tanaman sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Sedangkan pada sektor kehutanan yakni dukungan data iklim bagi pelaksanaan program Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS) dan monitoring aktivitas Fire Danger Rating System (FDRS).
“Tidak ada ketahanan pangan tanpa keamanan iklim, ini merupakan fakta yang terjadi saat ini,” kata Prof. Dr. Bustanul Arifin dari Universitas Negeri Lampung. Lebih lanjut, Ia mengatakan perubahan iklim mengakibatkan musim hujan dan kemarau tidak dapat diprediksi sehingga mengakibatkan ketahanan pangan terganggu.
Sementara Dr. M. S Kaban. M. Si, mengatakan Gas rumah kaca karbon dioksida telah meningkatkan konsentrasinya sebesar 35% dibandingkan dengan era pra-industri. Peningkatan gas rumah kaca disebabkan oleh emisi gas dari pembakaran fosil sebesar 67 % dan 20 % emisi dari penebangan hutan dan degradasi hutan di negara berekembang setiap tahunnya.
Workshop ini akan dilakasanakan selama dua hari Selasa (26/7) hingga Rabu (27/7) lalu yang dihadiri perwakilan instansi pemerintah, para ilmuwan dari perguruan tinggi, LSM dan pelaku industri serta para peneliti dari luar negeri. Pembicara dari Indonesia berasal dari instansi pemerintah dan perguruan tinggi antara lain BMKG, LAPAN, Kementrian Pertanian, Kementrian Kehutanan, ITB, IPB, UI, Universitas Tadulako, sedangkan pembicara dari luar negeri adalah para ahli di bidang perubahan iklim yang terkait dengan sektor pertanian dan kehutanan antara lain dari Jepang, Belanda, Filipina, dan Australia.
Pada workhop tahun 2011 ini, difokuskan pada pelayanan informasi iklim dalam mendukung adaptasi dan mitigasi menghadapi perubahan iklim pada sektor-sektor pertanian dan kehutanan, terutama untuk menyiapkan kalender tanam dan kesesuaian tanaman sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Sedangkan pada sektor kehutanan yakni dukungan data iklim bagi pelaksanaan program Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS) dan monitoring aktivitas Fire Danger Rating System (FDRS).
 
 
 
 
 
 
 
 










 
 
0 komentar:
Posting Komentar