Badan Penelitian Pengembangan dan Statistik (Balitbangtik) Bengkalis sedang mengembangkan bahan bakar yang ramah lingkungan. Bahan bakar ini dinamakan Bioethanol. Bioethanol dihasilkan dari tanaman Nipah yang merupakan tumbuhan mangrove di muara Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis yang juga termasuk kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Dari Bioethanol ini kemudian dikembangkan lagi menjadi minyak tanah dan biopremium. Masing-masing menghasilkan gas buangan yang lebih aman dari hasil pembakaran, karena Bioethanol termasuk kedalam bahan bakar non-fosil.
Bioethanol didapat dari hasil penyulingan air nira tanaman Nipah. Nama ilmiah tanaman Nipah adalah Nypa fruticans Wurmb, dan diketahui sebagai satu-satunya anggota marga Nypa. Tanaman yang termasuk ke dalam jenis palem ini menghasilkan cairan nira yang berwarna putih seperi air susu. Kemudian air nira tersebut dipermentasi selama seminggu. Setelah itu barulah dilakukan penyulingan untuk mendapatkan Bioethanol.
Balitbangtik Bengkalis, yang juga turut serta dalam pameran yang diadakan di sela-sela perhelatan internasional, Workshop Kerjasama Selatan Selatan yang ke 2 di Pekanbaru pada 4-8 Oktober 2011 lalu, menunjukkan mobil yang telah menggunakan bahan bakar dari Bioethanol ini. Mobil tersebut telah dilakukan uji coba dengan menggunakan energi hijau Bioethanol. Didapat hasilnya lebih ramah lingkungan dibandingkan menggunakan bahan bakar fosil, seperti premium.
“Proses pembuatan Bioethanol ini dilakukan oleh Balitbang dan dibantu masyarakat setempat, mulai dari pengumpulan air nira dari tanaman Nipah sampai selesai menjadi Bioethaol”, ujar Herman yang menjaga stand Balitbangtik Bengkalis.
Herman juga menambahkan dalam waktu dekat ini Balitbangtik Bengkalis dibantu Pemerintah Pusat, melalui Kementrian ESDM, akan membangun pabrik di Lubuk Muda, Bengkalis, yang memproduksi Bioethanol.(risky-gsj)
0 komentar:
Posting Komentar