Dibalik sebuah nama, pasti ada kata “bagaimana” nama itu disandang. Pun begitu dengan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB) yang kini telah menjadi sorotan.
Ada sebuah sejarah yang tersirat dibalik namanya yang unik tersebut. Giam Siak Kecil-Bukit Batu diambil dari nama dua suaka margasatawa yaitu Suaka Margasatwa Siak Kecil dan Suaka Margasatwa Bukit Batu yang disatukan dengan menggabungkan sebagian alokasi SinarMas Forestry, yang bertujuan untuk mempersatukan kedua cagar biosfer tersebut.
Selain itu, pemberian nama dua suaka margasatwa tersebut berasal dari nama dua hilir sungai yang mengalir disepanjang lanskap cagar biosfer tersebut. Namun, tidak sebatas gabungan kedua suaka margasatwa itu saja. Giam adalah nama sebuah pohon. Dimana pohon Giam tersebut yang tumbuh di kawasan cagar biosfer itu.
”Giam merupakan nama sebuah pohon yang memang ada di kawasan cagar biosfer tersebut. Namun dari pihak kami belum mengadakan riset atau penelitian mengenai pohon giam itu. Sehingga kami belum tahu pasti berapa banyaknya pohon itu atau bagaimana perkembangbiakkannya secara jelas,” kata Environment Director Sinar Mas, Canecio P. Munoz.
Jenis pohon yang memiliki nama botanis Cotylelobium spp ini menyebar di berbagai daerah di Indonesia diantaranya Sumatera Utara, Riau (GSK-BB), Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan. Selain itu, tinggi pohon dapat mencapai 30 meter dengan panjang batang bebas cabang 25 m, diameter dapat mencapai 80 cm, tinggi banir dua meter. Kulit luar berwarna kelabu, kelabu-coklat coklat muda, coklat sampai coklat tua atau merah, beralur dangkal, sedikit mengelupas.
Pohon Giam ini kayunya sulit dikeringkan, lambat dan mudah pecah. Giam tumbuh dalam hutan rawa dengan tanah berpasir atau tanah liat yang kadang-kadang digenangi air tawar. Seperti halnya GSK-BB yang khas dengan rawa gambutnya yang menopang pertumbuhan pohon yang satu jenis dengan Dipterocarpaceae ini.
Jenis ini dapat tumbuh didaerah dengan tipe curah hujan A pada dataran rendah sampai ketinggian 100 meter dari permukaan laut. Dibalik keunikkannya, pohon giam ini mempunya banyak sekali manfaat, diantaranya sebagai kayu bangunan, kayu perkapalan, lantai, bantalan, tiang listrik, tiang penahan jembatan. Cagar biosfer yang memiliki luas 705.279 Ha tersebut memiliki kekayaan alam yang berlimpah, dan pohon giam adalah salah satu kekayaan alam yang bisa dijumpai dikawasan GSK-BB. Sehingga nama Giam pun diambil untuk mengawali sebuah nama cagar biosfer pertama di Riau ini.
”Memang dari dulu, sejak pertama cagar biosfer itu ada nama Giam Siak Kecil-Bukit Batu tersebut disinyalir dari nama dua suaka margasatwa Siak Kecil dan Bukit Batu, yang tak lain berasal dari dua hilir sungai juga yaitu Sungai Siak Kecil dan Sungai Bukit Batu,” tutup Munoz, yang juga merupakan penasehat pengelolaan lingkungan Sinar Mas Forestry.(pia-gsj)
0 komentar:
Posting Komentar