Lahan gambut dulu tidak diperhatikan, sekarang lahan gambut menjadi idola banyak kalangan, dari pemerintah, LSM hingga pengusaha. Catatan Greenpeace, suatu organisasi lingkungan global, total gambut di Indonesia ada 42 juta hektar alias 10 persen dari total gambut dunia. Di dalam 10 persen tersebut tentu termasuk lahan gambut yang ada di Giam Siak Kecil – Bukit Batu, Riau.
Biomassa di rawa gambut diketahui memiliki kandungan unsur karbon yang tinggi dan sejauh rawa gambut itu lestari, tentunya tidak ada kekhawatiran bahwa unsur karbon itu terlepas mempertinggi kandungan karbon di atmosfer yang menyumbang pada pemansan global. Apakah rawa gambut Giam Siak Kecil – Bukit Batu akan tetap lestari?
Secara keseluruhan ancaman itu telah dan masih ada. Citra satelit menunjukkan sejak tahun 1985 hingga tahun 2002, tutupan hutan di wilayah Giam Siak Kecil telah merosot dari sekitar 600.000 hektare menjadi kira-kira 350.000 hektare. Bagaimana dengan keadaan sekarang?
Ekosistem hutan rawa gambut di kawasan Suaka Margasatwa GSK sebagian besar telah mengalami gangguan baik penebangan liar, maupun perambahan lahan untuk pembukaan ladang dan pemukiman. Laporan LIPI (2007) menyebutkan bahwa wilayah Blok Tasik Betung, sebagian besar hutan rawa gambutnya sudah merupakan bekas tebangan liar. Sisa tegakan jenis primer hutan rawa gambut umumnya terdiri atas jenis-jenis tidak komersial dan berukuran relatif kecil. Hal ini kontras dengan ekosistem hutan rawa gambut kawasan konsesi PT Arara Abadi di Blok Bukit Batu yang tidak dikonversi masih relatif lebih baik. Penandanya adalah masih dijumpainya beberapa jenis utama yang berukuran cukup besar.
Perambahan terhadap hutan rawa gambut menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh badan pengelola cagar biosfer. Tindakan-tindakan di lapangan sering kali diikuti cara informal yang lebih berhasil daripada pendekatan formal. Badan pengelola yang mengikutsertakan setiap pemangku kepentingan diharapkan mempu menjembatani solusi.
Pelestarian ekosistem ini bukan hanya melindungi satwa genting, tetapi sekaligus menjadi penyimpan cadangan karbon yang cukup besar di wilayah Riau. Sedikitnya terdapat 7,3 giga ton karbon di kawasan inti cagar biosfer. (pia-gsj)
0 komentar:
Posting Komentar