CENTER for Tropical Peat Swamp Restoration and Conservation (CTPRC) bersama pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Kamis (27/9) lalu membahas tentang persiapan kegiatan Ekowisata dan tindak lanjut program penguatan model desa konservasi dan biovillage.
Salah satu materi penting yang dibahas dalam pertemuan yang diadakan di kantor BBKSDA tersebut, adalah tentang rencana survey check point dan juga menetapkan target peserta serta sosialisasi kegiatan tersebut.
“Diskusi kali ini diadakan untuk menjajaki kritikal poin dan hal-hal yang dianggap perlu untuk dipersiapkan dalam ekowisata nanti,” ujar Direktur CTPRC, Haris Gunawan.
Ekowisata yang dijadwalkan akan dilaksanakan pada November mendatang, merupakan kerjasama antara CTPRC Indonesia, LIPI, Universitas Riau, Universitas Lancang Kuning, serta BBKSDA Riau sebagai tuan rumah yang berwenang terhadap kawasan Cagar Biosfer Giam Siak kecil-Bukit Batu.
Ekowisata ini akan di fokuskan ke Cagar Biosfer blok Bukit Batu, mengingat kawasan tersebut saat ini terancam degradasi, yakni penyusutan lahan gambut, terutama terjadi pada lahan gambut dengan ketebalan dalam (kubah gambut) dan lahan dengan ketebalan sedang.
Menurut data yang dimiliki CTPRC, saat ini kondisi blok hutan Suaka Margasatwa (SM) Bukit Batu sangat mengkhawatirkan. Karena sebagian besar kondisi hutan dan lingkungan telah berubah. Di beberapa tempat telah menjadi hutan belukar, sungai dan air hitam yang keruh, dan perubahan tutupan hutan menjadi kebun karet masyarakat, terutama di sepanjang tanggul-tanggul sungai.
Kondisi tersebut akan mengancam keunikan ekosistem dan fungsi-fungsi lingkungannya dimasa datang. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka CTPRC dan mitra melakukan usaha-usaha yang sistematis dalam rangka menyelamatkan ekosistem hutan rawa gambut tropis di blok hutan SM Bukit Batu. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan oleh CTPRC adalah menanami kembali kawasan tersebut dengan beberapa tanaman aslinya salah satunya adalah jelutung.
Selain itu saat ini CTPRC bersama mitra sedang mengembangkan desa biovillage. Konsep biovillage ini memandang keberadaan SDM dan SDA sebagai aset suatu daerah yang dapat dijadikan modal primer dalam menggerakkan perekonomian daerah tersebut.
Saat ini Desa Temiang menjadi desa model biovillage yang dikelola CTPRC, karena desa tersebut terletak di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis dan berbatasan langsung dengan SM Bukit Batu. Selain itu, beberapa masyarakat desa tersebut juga memiliki ketergantungan terhadap kawasan dengan mencari ikan di sungai bukit batu. Beberapa masyarakatnya juga memiliki lahan yang ditanami karet dan lahan tersebut berada di kawasan SM Bukit Batu.
Menurut keterangannya, penyelenggaraan ekowisata hutan rawa gambut tropis ini merupakan salah satu usaha dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat pada umumnya terhadap pentingnya melestarikan ekosistem alami hutan rawa gambut tropis di Riau. Selain itu juga diharapkan ekowisata tersebut akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi dan mendorong peran serta partisipasi masyarakat Desa Temiang dalam usaha penyelamatan ekosistem hutan rawa gambut tropis.
Paket ekowisata tersebut diharapkan akan menjadi semacam promosi dengan mengkombinasikan antara wisata budaya dan kuliner, yakni mengunjungi istana Siak dan mencicipi makanan khas di kabupaten Siak. Wisata pendidikan dengan pengenalan hutan rawa gambut dan usaha-usaha restorasi di lokasi SM Bukit Batu dan tanjung leban.
Kemudian wisata adventure dengan sungai dan tasik yang ada di dalam kawasan SM Bukit Batu. Dan yang terakhir adalah wisata desa biovillage yang sedang dikembangkan oleh CTPRC bersama LIPI dan MDK BBKSDA di Desa Temiang.
Saat ini peserta yang sudah menghubungi panitia sudah melebihi jumlah kuota maksimal. Menanggapi hal itu Syahimin, Kepala bidang konservasi BBKSDA Riau mengungkapkan bahwa berapapun peserta ekowisata ini akan ditampung, mungkin akan ada alternatif dengan mengadakan ekowisata gelombang kedua.
Pihak BBKSDA dan CTPRC juga telah membentuk Task Force Ekowisata yang akan turun langsung kelapangan pada pertengahan Oktober nanti untuk mempersiapkan objek-objek wisata yang kelak di kunjungi dalam ekowisata November mendatang. Dalam kegiatan ekowisata tersebut panitia juga mengadakan lomba fotografi lingkungan yang bisa diikuti oleh seluruh peserta.
Kegiatan ini diharapakan nantinya akan menjadi laboratorium alam dengan keunikan dan permasalahannya, serta sebagai usaha untuk mempromosikan hamronisasi lingkungan dan masyarakat. Bagi yang berminat untuk menjadi peserta, panitia masih membuka kesempatan. Bisa dengan menghubungi pihak BBKSDA Riau, kemudian juga bisa langsung datang ke sekretariat CTPRC di jalan Manlau Permai No F 11 Jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang KM 11.5, atau juga bisa menghubungi Green Student Journalists via email di Greenstudentjournalists@gmail.com. (asrul-gsj/dac)