“Kami mendukung pengelolaan kawasan ini. apalagi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Kami sedang merencanakan apa yang bisa kami buat dengan Bappeda,” ujar Burhanuddin Asisten Tata Praja (Asisten 1) Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkalis. Di Kabupaten Siak, kami mendapatkan pernyataan yang kurang lebih sama. “Kami sangat senang dengan inisiasi tersebut. menambah area konservasi tentu sesuatu hal yang baik. Kami sedang merencanakan apa saja yang dapat dikerjakan di Zona penyangga,” sebut Teten, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Siak.
Masyarakat Riau sangat beruntung karena cagar biosfer mempunyai batas pengelolaan yang jelas. Area inti berupa Suaka Margasatwa Siak Kecil dan Bukit Batu serta kawasan konservasi permanen SMF mempunyai tugas memelihara sumber daya alam yang ada di dalamnya, memonitor, dan mengundang ilmuan untuk melakukan penelitian sehingga kekayaan yang belum terungkap segera terungkap, potensi yang belum tergali segera muncul kepermukaan. Tugas manajer di area ini adalah untuk mendorong berdirinya berbagai kemungkinan kegiatan ekonomi berkelanjutan termasuk dan tidak terbatas pada industri pariwisata, pangan,obat berbasis bahan alam. Sementara itu tugas manajer di zona penyangga adalah untuk ikut menjaga area inti dari berbagai ancaman. Adalah juga tugas manajer di zona penyangga ini untuk membangun fasilitas laboratorium untuk mencari nilai ekonomi dari setiap sumber daya alam yang ada di kawasan Giam Siak Kecil-Bukit Batu serta dengan membangun pusat pendidikan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia untuk dapat mengelola kekayaan yang dimiliki oleh cagar biosfer ini. Sementara itu,masyarakat luas termasuk pemerintah daerah yang berada dikawasan transisi, sudah selayaknya mendapatkan manfaat yang berkelanjutan atas keberadaan cagar biosfer.
Kami telah beberapa kali mengunjungi kawasan ini. Kami pun pernah terbang diatas kawasan yang menjadi bagian penting di dalam ekosistem rawa gambut Riau. Kita dapat berbicara di dalam forum dunia melalui UNESCO bahwa kita mampu memelihara hutan rawa gambut sebagai stok karbon sekaligus meminta dukungan atas upaya tadi.
Kami bermimpi setiap produk yang dihasilkan dari kawasan ini, termasuk paket wisata yang ditawarkan dapat dikemas dengan merek dagang cagar buosfer GSK-BB. Dengan cara ini pula, produk yang dikeluarkan dari Riaudapat diberi label ramah lingkungan. Dukungan lembaga riset dan komitmen pemerintah daerah menjadi sangat sentral. Mimpi selanjutnya, kami dapat membeli paket makan siang di atas kapal pesiar kecil yang digerakkan dengan solar panel panel (tidak menggunakan bensin atau solar karena Riau adalah kawasan cagar biosfer). Lainnya, makan malam seraya menyusuri melihat keindahan alam Sungai Siak dengan kapal pesiar kecil yang digerakkan oleh listrik.