Sejak diresmikannya sebagai cagar biosfer ke-7 di Indonesia oleh Menteri Kehutaanan MS Kaban pada 1 Juli 2009 lalu, Giam Siak Kecil Bukit Batu semakin dikenal oleh masyarakat Riau. Perkembangan sumber daya alam lah yang semakin menunjang potensinya. Hal itu membuat pihak Sinarmas Forestry (SMF) ingin mengembangkan potensi alam itu dalam bidang pariwisata.
“Kami berkeinginan utuk mengembangkan kawasan cagar biosfer dalam ekowisatanya, sebab kami melihat bayak sekali potensi alam yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang pariwisata tersebut, apalagi kondisi alamnya yang sangat cocok untuk tempat penelitian ataupun kegiatan liburan seperti outbond dan camping” tutur pihak SMF, Nurul Huda saat ditemui Duta Cagar Biosfer akhir Mei lalu.
Dilihat dari kondisi alamnya, lokasi yang tepat untuk dijadikan kawasan wisata terletak pada zona inti dan zona penyangga. Dipilihnya kedua zona tersebut karena melihat kondisi hutannya yang masih alami dan tidak padat penduduk, sehingga cocok untuk dijadikan lokasi wisata alam. Selain membuat fasilitas wisata seperti outbond, pihak SMF juga mengusulkan agar dibangunnya pondokkan-pondokkan yang difungsikan sebagai tempat peristirahatan jika ada tamu atau orang luar yang melakukan kunjungan ke cagar biosfer dalam rangka penelitian atau sekedar menikmati liburan.
Usulan SMF ini disambut baik oleh Andi Noviriyanti M.Si yang merupakan Direktur Eksekutif Save The Earth Foundation (SEFo) Riau Pos. SMF juga meminta kerja sama dengan Duta Cagar Biosfer untuk mensosialisasikan program tersebut. Bersama dengan Green Student Journalists (GSJ), duta cagar biosfer sudah mulai mensosialisasikan program tersebut dengan membuka pelatihan GSJ Weekend School yang tujuan akhirnya adalah memperkenalkan kawasan wisata yang ada di Riau terutama cagar biosfer GSK-BB.
Kegiatan wisata di cagar biosfer masih dalam tahap penyelesaian, tetapi Green Student Journalists (GSJ) yang dipimpin oleh Andi Noviriyanti M.Si bersama Duta Cagar Biosfer sudah merencanakan kegiatan pelatihan jurnalis dan tour wisata ke objek wisata alam yang ada di Riau dalam waktu dekat ini. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengajak generasi muda lebih mengenal alam Riau dan juga untuk meningkatkan rasa cinta lingkungan pada generasi muda tersebut.
“Kami juga mengusulkan, jika nantinya membangun pondokkan-pondokkan tersebut lebih baik menggunakan bahan baku yang berasal dari hasil alam cagar biosfer itu sendiri, karena itu berarti memanfaatkan sumber daya alam yang ada sekaligus untuk mengembangkan potensi alam itu sendiri,”tutup Nurul Huda. (pia-gsj)
1 komentar:
Menarik informasi blog ini, terkait ide pengembangan ekowisata mungkin perlu ada pengkajian potensi yang menyeluruh lebih dahulu sebelum ada gagasan implementasi. Selanjutnya melihat selintas karakteristik umum potensi yang ada, saya lihat mungkin 3 program ekowisata yang layak di dorong : program ekowisata yang lebih berbasis riset biodiversity; program ekowisata yang lebih berbasis pendidikan konservasi/lingkungan hidup dan program ekowisata yang lebih berbasis masyarakat lokal/budaya, salam teguh (teharbio84@gmail.com/ pelaku ekowisata halimun/indonesia)
Posting Komentar