Rabu, 02 Januari 2013

King Kobra, Raja Ular


    ULAR king kobra atau Ophiophagus hannah sering dianggap sebagai raja ular berbisa yang paling mematikan. Padahal bisa ular king kobra yang di Indonesia menurut berbagai informasi yang ada, dianggap tidak sebahaya gigitan ular kobra atau ular sendok (Naja SP). Penamaan king kobra (raja kobra) lebih kepada ukurannya yang merupakan ular berbisa terpanjang dan jumlah bisa terbanyak di dunia.
    Ular king kobra merupakan salah satu penghuni keanekaragaman hayati yang ada di Cagar Biosfer. Ular ini memiliki panjang tubuh hingga mencapai 5 meter, meskipun umumnya hanya sekitar 3-4 meter saja. Ciri khas ular ini adalah saat terancam mampu menegakkan dan memipihkan lehernya, meskipun kemampuan ini juga dipunyai oleh ular sejenis dari genus Naja SP. Di Indonesia sering disebut ular sendok.
    Di Indonesia king kobra memiliki ciri umum berwarna hitam atau coklat tua dengan bagian kepala yang cenderung berwarna lebih terang. Sisik bawah tubuh berwarna keabuan atau kecoklatan, kecuali dada dan leher yang berwarna kuning cerah atau krem dengan pola belang hitam tak teratur, yang nampak jelas ketika ular ini mengangkat dan membentangkan lehernya.
    Makanan ular king kobra atau anang adalah berbagai jenis ular baik yang berbisa maupun tidak dan kadal. Ular ini berburu dengan mengandalkan indera penciuman dan penglihatannya yang tajam. Konon dengan kedua indera itu ular king kobra mampu mengawasi mangsanya dari jarak 100 meter.
    Ular king kobra merupakan ular berbisa yang memiliki racun berjenis haemotoxcin dan neurotoxcin. Racun ini menyerang sistem saraf dan menimbulkan rasa sakit yang amat sangat, pandangan yang mengabur, vertigo, dan kelumpuhan otot. Kemudian korban akan mengalami kegagalan sistem kardiovaskular, yang jika dibiarkan dapat mengakibatkan kematian. Namun berbeda dengan ular sendok (Naja SP) ular king kobra tidak dapat menyemburkan bisanya.
    Ular king kobra menghuni aneka habitat, mulai dari hutan dataran rendah, rawa-rawa, semak belukar, hutan pegunungan, lahan pertanian, perkebunan, persawahan, dan daerah pemukiman. Mampu hidup mulai dari daerah dekat pantai hingga ketinggian 1.800 MDPL.
    Populasinya semakin hari semakin menurun, akibat kerusakan habitat utamanya yang disebabkan oleh berkurangnya luas hutan. Karena itu king kobra terdaftar dalam status vulnerable IUCN Redlist dan Apendiks II CITES. Dengan adanya konservasi, diharapkan populasi ular ini tetap stabil walaupun king kobra adalah satwa buas dan menakutkan. (melati-gsj/dac)

0 komentar: