MERAUP RUPIAH DARI SILAIS DAN BAUNG

Ikan selais dan baung dapat dimanfaatkan sebagai komoditi. Kedua jenis ikan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai komoditas ekonomi. Masyarakat Desa Tamiang Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis dan Desa Tasik Betung Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak, melihat potensi tersebut sebagai penambah pendapatan mereka. .

Sosialisasikan Cagar Biosfer Lewat Blog

CAGAR Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (CB GSK-BB) kini juga disosialisasikan melalui media internet. Tentunya di era kemajuan teknologi ini akses tercepat untuk mendapatkan informasi adalah melalui internet.

Tingkatkan Program Budidaya di Cagar Biosfer'

Suatu kawasan akan mempunyai kontribusi bagi manusia, apabila budidayanya baik. Karena dengan adanya budidaya itulah suatau kawasan dapat berkembang. Demikian halnya yang dilakukan oleh Sinarmas Forestry (SMF) terhadap Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB).

Riau Miliki Pengolahan Air Gambut Terbesar

BUKITBATU (RP)- APAG 60 atau Alat Pengolaan Air Gambut 60 yang dipasang di Tanjungleban, Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau merupakan alat pengolahan air gambut terbesar di Indonesia

SAM KEHUTANAN RESMIKAN SEKRETARIAT CAGAR BIOSFER

GSKBB - Staf Ahli Menteri (SAM) Kehutanan Dr Agus Mulyono meresmikan pemakaian Sekretariat Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSKBB).

Rabu, 13 Februari 2013

Harimau Sumatera, Sang Raja Menanti Kepunahan

BUKANLAH hal baru, apabila kita membahas mengenai keberadaan Harimau Sumatra di Indonesia. Kondisinya yang kian hari kian mengerucut jumlahnya, menyebabkan berbagai upaya dilakukan agar jumlah satwa yang satu ini akan kembali stabil. Tentu, sangat menyedihkan apabila cucu-cucu kita tidak dapat melihat Harimau Sumatera, menyusul kepunahan Harimau Bali dan Harimau Jawa.
Status terancam punah yang disematkan pada Harimau Sumatera bukanlah argumentasi belaka. Menurut data, Harimau Sumatera merupakan satu dari lima subspecies harimau (Panthera tigris) di dunia yang masih bertahan hidup. Dan saat ini setidaknya tinggal 300 ekor Harimau Sumatera di alam liar Pulau Sumatera, Indonesia. Dan ada juga yang mengatakan 400-500 ekor. 
Dari data sumber Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, 2010, Harimau Sumatera termasuk kategori Appendix I dari 9 spesies mamalia di Riau yang sangat terancam kepunahan. Jumlah ini bukanlah jumlah yang banyak jika dibandingkan dengan wilayah Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke.
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit batu merupakan salah satu solusi konservasi dengan perlindungan, serta penangkaran spesies ini dari 18 kawasan yang terdiri dari suaka margasatwa, cagar biosfer, kawasan konservasi, pusat pelatihan dan penangkaran.
Maka dari itu, sepatutnya sebagai masyarakat Riau khususnya, mendukung upaya penyelamatan satwa ini dengan selalu mensosialisasikan, mengawasi, dan ikut serta dengan tidak ikut andil dalam pemburuan satwa ini.(melati-gsj/dac)



Durian Burung, Bukan Durian Biasa

Incaran Para Pembalak Kayu
CAGAR Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu memiliki beranekaragaman satwa dan tumbuhan. Dan diantaranya sangat berpotensi untuk memenuhi kebutuhan papan. Selain kayu ramin, kayu kempas, jelutung. Ada spesies yang biasa dikenal buahnya, namun ternyata kayunya memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. 
Durio adalah nama marga durian, termasuk ke dalam suku Malvaceae dahulu (Bombacaceae), anak suku Helicteroideae. Dari sekitar 27-30 spesies anggota marga ini, sejauh ini diketahui sembilan spesies yang menghasilkan buah yang dapat dimakan.
Meskipun demikian, masih banyak spesies yang buahnya belum berhasil dikoleksi atau belum dikenal dengan baik; dan masih sangat mungkin untuk mendapatkan spesies lain yang buahnya mungkin dapat dimakan. Kostermans pada tahun 1958 melaporkan persebaran 27 spesies Durio.
Sebanyak 18 spesies ada di Kalimantan, 11 di Semenanjung Malaya, dan 7 di Sumatera. Hasil kajian terhadap koleksi herbarium di Kebun Raya Bogor, masing-masing satu di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Maluku. Durian Burung yang bernama latin Durio Carinatus dikategorikan memiliki buah durian yang tidak bisa dimakan pada umumnya tumbuh di daerah Semenanjung Malaya dan Borneo.
Indonesia memiliki sekitar 4.000 jenis pohon, yang berpotensi untuk digunakan sebagai kayu bangunan. Akan tetapi hingga saat ini hanya sekitar 400 jenis (10%) yang memiliki nilai ekonomi dan lebih sedikit lagi, 260 jenis, yang telah digolongkan sebagai kayu perdagangan. Dan kayu Durian Burung memiliki kualitas tinggi sehingga banyak digunakan dan telah dikategorikan kayu yang komersil atau umum digunakan. Sehingga pembalakan akan kayu jenis ini marak terjadi karena bernilai jual tinggi. 
Ditambah lagi sebagian besar spesies Durio masih tumbuh di hutan liar di Indonesia. Perlu langkah nyata untuk melindungi spesies ini.(melati-gsj/dac)

Cagar Biosfer Jadi Wisata Alam Terbatas

CAGAR Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu merupakan cagar biosfer ke-7 di Indonesia yang satu-satunya berada di Sumatera. Eksotisme dan keberagaman sumber daya yang begitu mendominasi, hubungan antara alam dan manusia yang harmonis menjadi daya tarik tersendiri di wilayah ini. 
Sehingga pencanangan kawasan ini menjadi wisata alam tampaknya tak dapat terhindarkan. Berbagai elemen masyarakat baik daerah, kota, bahkan mancanegara menjadikan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu objek observasi dan penelitian.
Hutan rawa gambut yang terbentang, satwa-satwa terlindungi yang mendiami kawasan ini merupakan tantangan tersendiri bagi para pengelola pusat dan daerah untuk mengawasi para peneliti, masyarakat dan berbagai pihak lainnya yang memasuki kawasan ini.
Hal ini dilakukan agar elemen masyarakat yang berkepentingan dapat menjalankan tugasnya tanpa menganggu aktivitas yang ada didalamnya dan bersama-sama menjaga keberlangsungan konservasi.
Untuk itu, menjadikan kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu sebagai wisata alam terbatas adalah kebijakan mulia dan juga solusi untuk melestarikan keberlangsungan satwa dan alam yang ada didalamnya.
Dengan ini, masyarakat dapat menikmati panorama keindahan alam yang asri dan dapat melakukan observasi  untuk pengembangan pengetahuan dengan aman. Ini juga merupakan langkah konkret dan harapan terdepan untuk mempromosikan kawasan ini ke kancah dunia sebagai wisata alam yang patut dikunjungi.(melati-gsj/dac)

Cagar Biosfer, Laboratorium Alam Para Ilmuwan


CAGAR Biofser Giam Siak Kecil Bukit Batu, merupakan salah satu cagar biofer yang ada di Riau dan perwakilan ekosistem hutan rawa gambut di wilayah Riau. Cagar Biosfer ini telah disetujui sebagai cagar biosfer yang baru dalam sidang ke 21 Dewan Koordinasi Internasional Program Manusia dan Biosfer UNESCO pada tanggal 26 Mei 2009 di Jeju, Republik Korea. 
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (CB GSK BB) secara geografis berada pada titik koordinat 0 44’ – 1 11’ LU dan 101 11’ – 102 10’ BT. Cagar biosfer ini terletak di empat kabupaten, yaitu Kabupaten Bengkalis, Siak, Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir memiliki luas total ± 705.271,00 hektar. Dan hal yang perlu kita tahu, cagar biosfer ini memiliki kekayaan flora dan fauna melimpah. Saat ini terdapat 195 jenis tumbuhan dan 173 jenis pohon (data LIPI, 2007).
Mulai dari flora yang hampir punah hingga flora yang sering dijumpai disekitar. Dan ratusan spesies fauna yang saat ini mendiami cagar biosfer giam siak kecil bukit batu. Sepatutnya, Cagar Biosfer ini menjadi laboratorium alam bagi para ilmuwan. Awal peresmian Cagar Biosfer ini sudah banyak menarik simpati para peneliti, Seperti lokasi ini dijadikan pusat riset oleh LIPI, Universitas Riau bahkan luar negeri seperti Kyoto University – Jepang dan terakhir dari National Geografic Indonesia.
Ini membuktikan bahwa kawasan ini adalah kawasan terbuka untuk para peneliti baik lokal maupun asing dengan tetap mengikuti peraturan yang sudah disepakati karena melihat banyak sekali potensi sumberdaya alam yang bisa dikembangkan dalam kajian scientific. Kekayaan hayati, kehidupan social budaya masyarakat setempat, dan kearifan antara masyarakat dan alam tentu menjadi topik yang menarik dan tidak ada habisnya. 
Sosialisasi yang baik tentunya dibutuhkan, bukan hanya mengembangkan kawasan ini tetapi juga masyarakat disekitarnya.(melati-gsj/dac)