MERAUP RUPIAH DARI SILAIS DAN BAUNG

Ikan selais dan baung dapat dimanfaatkan sebagai komoditi. Kedua jenis ikan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai komoditas ekonomi. Masyarakat Desa Tamiang Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis dan Desa Tasik Betung Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak, melihat potensi tersebut sebagai penambah pendapatan mereka. .

Sosialisasikan Cagar Biosfer Lewat Blog

CAGAR Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (CB GSK-BB) kini juga disosialisasikan melalui media internet. Tentunya di era kemajuan teknologi ini akses tercepat untuk mendapatkan informasi adalah melalui internet.

Tingkatkan Program Budidaya di Cagar Biosfer'

Suatu kawasan akan mempunyai kontribusi bagi manusia, apabila budidayanya baik. Karena dengan adanya budidaya itulah suatau kawasan dapat berkembang. Demikian halnya yang dilakukan oleh Sinarmas Forestry (SMF) terhadap Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB).

Riau Miliki Pengolahan Air Gambut Terbesar

BUKITBATU (RP)- APAG 60 atau Alat Pengolaan Air Gambut 60 yang dipasang di Tanjungleban, Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau merupakan alat pengolahan air gambut terbesar di Indonesia

SAM KEHUTANAN RESMIKAN SEKRETARIAT CAGAR BIOSFER

GSKBB - Staf Ahli Menteri (SAM) Kehutanan Dr Agus Mulyono meresmikan pemakaian Sekretariat Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSKBB).

Kamis, 14 April 2011

Kunjungi Bengkalis, Ube IECA Jepang Tawarkan Teknologi Manajemen LH Cagar Biosfer

Teks Foto : Dua anggota dari Ube International Environment Cooperation Associatin (Ube IECA) dan Ube Minicipality Jepang, foto bersama usai meninjau langsung keberadaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil di Bengkalis, Rabu (13/4/11).
Riauterkini-BENGKALIS- Dua anggota Ube International Environment Cooperation Associatin (Ube IECA) dan Ube Minicipality Jepang, meninjau secara langsung Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukitbatu melalui udara (fly over) menggunakan helikopter, Rabu (13/4/11). Tujuannya untuk melihat bagaimana pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Bengkalis. Kedatangan Ube IECA dan Ube Minicipality Jepang ini ke Bengkalis dalam rangka menawarkan program Training Course of Ube Model on Environmental Managemet Technology fo Bengkalis Regency.
Rombongan Ube IECA Ube Minicipality Jepang terdiri dari Dr. Masao Ukita dari Universitas Yamaguchi eqn Isao Shinohara dari Ube City fly Over di atas Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukitbatu difasilitasi oleh Sinarmas Forestry. Dan berada di Bengkalis sejak Senin (11/4/11) lalu sampai Kamis (14/4/11) besok. Selama berada di Bengkalis mereka telah melihat langsung bagaimana kondisi hutan mangrove, sagu, daerah pertanian, pengolahan sampah dan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukitbatu.
“Mereka sangat apresiasi sekali ketika melihat Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukitbatu yang terjaga dengan baik. Ini menunjukkan bahwa kesan negatif yang selama ini melekat terhadap negara kita terhadap pengolahan lingkungan hidup tidak selamanya benar,” papar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bengkalis, Jondi Indra Bustian Jondi, ikut mendampingi rombongan Ube IECA dan Ube Minicipality Jepang fly over ke Cagar Biosfer Giam Siak Kecil.
 
Terkait tawaran kursus teknologi dan manajemen lingkungan hidup oleh Ube IECA dan Ube Minicipality Jepang, menurut Jondi, Pemkab sangat menyambut baik. Dalam realisasinya nanti, Pemkab akan mengirimkan pegawai untuk mengikuti kursus di Jepang tentang bagaimana teknologi dan pengolahan lingkungan hidup di Jepang sejak 50 tahun lalu.***(dik)


Sumber : Riau Terkini

Cagar Biosfer Itu Bernama Giam Siak Kecil – Bukit Batu

Suatu tempat yang letaknya tak jauh dari garis khatulistiwa. Bentangan hutan perawan dari sedikit yang tersisa di permukaan Bumi. Selama ribuan tahun cuaca dan iklim telah membentuknya. Menyisakan pemandangan yang purbawi sebagaimana hutan pada mulanya, sebelum peradaban mengubahnya. Dan bentangan hutan ini adalah bentangan hutan dataran rendah yang khas. Setiap helai daun, setiap batang ranting berjatuhan ke lantai hutan bercampur dengan fosil dan jasad renik bertumpuk lapis demi lapis membentuk hutan rawa gambut yang unik. Selain menyimpan stok karbon yang paling tinggi, hutan ini merupakan gudang keanekaragaman hayati. Penelitian oleh WWF (World Wide Fund For Nature) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2003, menunjukkan di dalam blok hutan seluas 0.2 hektare terdapat sedikitnya 215 jenis tumbuhan berbunga.
Data dan fakta tentang kawasan hutan yang terletak di antara Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak ini semakin menebalkan semangat para peneliti dan kelompok pelestari. Artinya Sumatera khususnya Riau masih memberikan harapan untuk menerapkan konsep-konsep pelestarian. Hutan yang menyumbangkan warna hijau yang tebal dan acak itu berada di dalam dua kawasan lindung rawa gambut, Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil dan Bukit Batu. Warna hijau itu terpisahkan oleh warna hijau yang memuda, kawasan hutan produksi yang kemudian ditetapkan menjadi kawasan pelestarian oleh Sinarmas Forestry.
Ketiga kawasan, Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, Suaka Margasatwa Bukit Batu, dan kawasan konsesi perhutanan Sinarmas Forestry, bila digabungkan akan membentuk hamparan hutan seluas 178.722 hektare atau kira-kira 2,7 kali luas Provinsi DKI Jakarta. Upaya sekecil apapun untuk mengkonservasi dan menghindari deforestasi hutan rawa gambut akan sangat berarti, walaupun pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan konservasi tidaklah mudah. Oleh karena itu perlu pendekatan yang tepat untuk pengelolaan SM Giam Siak Kecil dan SM Bukit Batu. Pengembangan kedua SM dan areal sekitarnya sebagai Cagar Biosfer dipandang merupakan pendekataan pengelolaan yang paling tepat. Pada tahun 2006, Sinarmas Forestry mengusulkan gabungan ketiga kawasan tersebut kepada pemerintah untuk menjadi Cagar Biosfer di Provinsi Riau.

Setelah melalui proses panjang, akhirnya Cagar Biosfer Giam Siak Kecil - Bukit Batu ditetapkan dalam sidang MAB (Man and the Biosphere) - UNESCO di Jeju, Korea Selatan, 26 Mei 2009 lalu. GSK-BB adalah satu dari 22 lokasi yang diusulkan 17 negara yang diterima sebagai cagar biosfer.
Tahun ini adalah tahun kedua setelah penetapan Giam Siak Kecil – Bukit Batu menjadi cagar biosfer, masih banyak yang harus dilakukan. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama, pengelolaan kawasan harus dilakukan bersama antara pemerintah, swasta, dan komunitas sesuai dengan area yang dikelolanya dan kompetensinya. Status cagar biosfer bukan merupakan tujuan akhir, melainkan awal dari kerja besar yang menanti.
(risky ade maisal)

Kontak Kami



Flagship Conservation Project Sinarmas Forestry


Duta Cagar Biosfer Giam Siak Kecil - Bukit Batu 

  1. Pia (085374318918)
  2. Risky Ade Maisal (085264095276)

FIELDTRIP KYOTO UNIVERSITY & UNRI


(OBSERVATION SITE) LOKASI- SIAK, TANJUNG LEBAN, HTI, & DUSUN BUKIT 9

  1. Latar belakang
Kyoto university & UNRI melakukan fieldtrip tahap II dari beberapa Profesor, Doktor & Dosen F- Mipa UNRI untuk melakukan  observasi site, terfokus kepada topik sosial ekonomi masyarakat di Cagar Boisfer Giam Siak – Bukit Batu salah satunnya lokasi yaitu dusun bukit 9 dalam zona buffer zone dan Desa Tanjung Leban dalam zona transisi. ke 2 lokasi tersebut direkomendasikan oleh pihak UNRI sebagai salah satu objek penelitian yang akan dikaji oleh Profesor mizuno, direncanakan kegiatan penelitian akan dilaksanakan pada bulan agustus 2010, kemudian profesor kawai berfokus pada Biomasa keterkaitan carbon trade salah satu lokasi observasi yaitu HTI distrik makmur dan Motoko fujita & Hiromitsu samejima mengambil topik biodiversity di area inti dan zona penyangga.

  1. Hasil
a)      Kesinambungan antara sosial ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan
Profesor mizuno melakukan observasi pada 2 lokasi yaitu desa Tanjung Leban dan Dusun Bukit 9. Metode observasi yang dilakukan dengan melihat kondisi sekitar serta melakukan wawancara dengan parameter antara lain sejarah des, aktifitas masyarakat, tingkat perekomian, kebutuhan dasar, pengolahan sumberdaya alam. menurutnya Dusun Bukit 9 ini merupakan topik yang unik untuk dikaji karena melihat kemampuan adaptasi masyarakat terhadap 2 kondisi ekologi yang berbeda serta status kepemilikan lahan karena pemukiman tersebut berada dalam konsesi HTI. Sebagai bahan referensi Profesor mizuno berserta rombongan megunjungi PT. Wilmar (Dumai) untuk melihat proses mekanisme pembuatan minyak sawit hingga pengolahaan sisa produksi dan mencari informasi  berasal dari mana saja bahan baku (sawit), berapa nilai jual buah setiap kilogram dan adakah sumber buah dari perkebunan masyarakat, salah satunya dari dusun bukit 9.



b)     Biomassa
Untuk kajian biomassa, dalam kunjungan tahap II ini tidak terfokus pada 1 lokasi tetapi secara general dari seluruh 3 zonasi, termasuk zona penyangga melihat pertumbuhan tanaman akasia crasicarpa di distrik makmur dengan pertimbangan kondisi HTI cukup aman dan mudah diakses, sebelumnya mengunjungi perkebunan sawit milik PT.TKWL – Siak Sri IndraPura didampingi Prof Supiandi terkait proyek penelitian yang sedang dilakukan tentang isue  carbon dan pemanasan global dengan melihat strategi pengelolaan perkebunan sawit ( luasan, produktifitas, system drynase kanalisasi ).

Biodiversity
Terdapat dua kajian dari 2 peneliti jepang: Fujita - indetifikasi burung dan Hiromitsu samejima tentang monitoring satwaliar (mamalia) metode camera trap. Dari hasil diskusi dan observasi mereka ingin mengetahui keanekaragaman mamalia dan burung yang ada di cagar biosfer giam siak kecil – bukit batu. Sebagai bahan diskusi pihak kyoto melakukan pemaparan hasil kajian monitoring mamalia di HPH sabah – sarawak malaysia, menjelaskan bagaimana metoda pemasangan kamera trap, penentuan lokasi dengan metoda purpose sampling, dan hasil dokumentasi. Enviromental officer juga menjelaskan bahwa Sinarmas forestry group (BBHA& SPM) setiap tahunnya melakukan kegiatan monitoring biodiversity di areal konservasi dengan metoda line transek berdasarkan penerapan SOP yang berlaku saat ini dan dari hasil diskusi pihak kyoto univ berharap bisa bekerjasama dalam kegiatan monitoring biodiversity untuk tahun 2010.

  1. Kesimpulan & rekomendasi
1.      Kunjungan  Kyoto university (Prof. Mizuno) memberikan gambaran kepada masayakat tentang tujuan penelitian yang akan dikukan terkait dengan soasial masyarakat  dususn bukit 9 mengenai taraf penghidupan mulai dari sejarah awal masuknya desa ke dalam konsesi, status kepemilikan lahan dan keterkaitan masyarakat dengan lingkungan sekitar, diharapkan melalui media peneliti dapat memberikan solusi terbaik antara masyarakat dengan pihak perusahaan karena tujuan utama peneliti adalah bagaimana hubungan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan tetap terjaga dengan baik.
2.      Kegiatan biodiversity dengan penerapan metoda kamera trap merupakan konsep baru, karena dapat memberikan nilai positif untuk informasi data base monitoring biodiversity dan menguntungkan pihak kita dari segi biaya pengadaan camera.
 
Field Trip Cagar Biosfer GSK-BB
 Kyoto Univ, LIPI dan UNRI
28 May-3 Juni 2010
Kyoto university
LIPI
UNRI
SMF
Prof.  Mizuno
Bambang. Ph.D
Haris gunawan
Ari rosadi
Prof. Kawai
Ragil
Ahmad muhamad
Agi Argatmaja
Matsuda. Ph.D

Saiful

Motoko Fujita. Ph.D



Osamu kozan. Ph.D



Hiromitsu samejima. Ph.D



Retno. Ph.D



Watanabe. Ph.D



Sadamichi. Ph.D








SURVEY POTENSI PERAIRAN DAN IDENTIFIKASI IKAN

LOKASI – SUAKA MARGASATWA GIAM SIAK KECIL ( T. BETUNG, SERAI , KATIALAU, AIR HITAM )


Latar Belakang

Area Cagar Biosfer – Sungai Giam Siak Kecil merupakan salah satu kajian potensi perairan dari perairan yang ada di provinsi Riau, sebelumnya telah dilakukan penelitian di perairan sungai Tapung, Mandau dan Siak. Terdapat 4 lokasi yang dijadikan lokasi sampling yaitu Tasik betung, Tasik Serai, Tasik Katialau dan Tasik air hitam, setiap lokasinnya terdapat 4 stasiun pengamatan. Adapun parameter dalam pengambilan sampling antara lain:
  • Identifikasi jenis ikan
  • Pengukuran kualitas air ( kedalaman, lebar, kecerahan, pH, keasaman, kandungan oksigen, Bentos, sedimen, plankton )
  • Warring (pengukuran serasah)
  • Nomurator (responden nelayan)

Motode

  • Identifikasi ikan mulai dari pendataan jenis-jenis ikan, identifikasi pakan alami melalui bedah organ pencernaan, dan pemberian cairan formalin untuk analisa laboratorium.
  • Pengukuran kualitas air dengan pengambilan sampling tanah dalam tasik, air, sedimen yang kemudian diformalin untuk mengetahui kadungan mikrorganisme, plankton, oksigen dan tingkat keasaman melalui analisa
  • metoda warring atau perangkat jaring yang di pasangkan pada tegakan vegetasi sekitar inlet tasik, digunakan sebagai alat pengambilan sampling serasah yang ditinggalkan selama 3 s/d 4 bulan, kemudian dianalisa untuk mengetahui kandungan karbon.
  • Nomurator istilah nelayan sekitaran tasik yang dijadikan responden untuk bisa membantu dalam pengambilan sampling ikan selama 3 s/d 4 bln difasilitasi alat bantu ember dan formalin untuk penampungan ikan.

Hasil

Hasil kegiatan sampling  tahap pertama  di  4 lokasi Tasik (Serai, Betung, Katialau, Air hitam) berdasarkan parameter pengukuran antara lain:


no
kegiatan
keterangan
1
Jenis ikan
Tapah (wallago attu), Gabus, Toman (channa spp) , Serandang, Buju, Baung, Kepar (ballontia hasseltii) Tembakang, Pantau, Sepat mutiara, Selais (kriptoterus macrocepalus) dll
2
Ph air
4,5 sampai dengan 5
3
Kedalaman
1, 5 meter s/d 3 meter
4
Kekeruhan
50 cm
5
Keasaman
Analisa lab.
6
Oksigen
Analisa lab
7
bentos
Analisa lab
8
Vegetasi sekitar
Balam ( palagium sp ), terentang manuk (camnosperma), medang  (litsea sp)


Rekomendasi

Melihat kondisi perairan sungai siak kecil, dengan karaktristik setiap tasik tasik dan kearifan masyarakat terhadap pemanfaatan sumber protein, memberikan nilai positif bagi kelangsungan hidup dan ketersedian sumber perikanan, di satu sisi masyarakat tidak mengexploitasi sumber protein terbukti dengan tetap menerapkan penggunaan alat tangkap sederhana seperti bubu, lukah dan kajur, namun kondisi sungai dan tasik terpengaruh oleh pasang surut air laut ketika musim kemarau beberapa tasik mengalami kekeringan terakhir terjadi pada bulan maret 2009, kondisi ini sangat mengkhwatirkan terhadap habitat ikan, yang seharusnya ikan mencari daerah lebih dalam (lumbung) untuk memijah, diamanfaatkan oleh masyarakat untuk panen raya sehingga ketersedian ikan bisa terancam. Kesimpulan dari kegiatan ini merekomendasikan beberapa tasik yang nantinya dijadikan sebagai suaka perikanan berfungsi sebagai daerah lindung untuk tempat pemijahan dan perkembangbiakan ikan dimana ketika musim kering terjadi daerah tersebut bisa mendukung ketersedian ikan.

Estimasi data spasial sungai giam siak kecil berdasarkan pengukuran map sorce
Lokasi
luas (Ha)
Jarak (km)
Tasik Katialau
± 844
-
Tasik Betung
± 191
-
Tasik Serai
± 1433
-
Tasik Air hitam
±  560
-
Sungai siak kecil
-
±  147

Translokasi Macan Dahan dan Buaya Muar a

MACAN DAHAN- Neofelis diardi dan BUAYA MUARA – Crocodylus porosus

LOKASI – SM. BUKIT BATU


LAPORAN PENANGKAPAN
1. Pelapor
Nama                     : Team YPHS
Pekerjaan               : Yayasan Pelestarian Harimau Sumatera
Alamat                   : Jl. Sadar No. 25 Simpang Darul Ihsan- Dumai, Riau
Kondisi Umum kejadian
Pelaku                   : Macan dahan Neofelis nebulosa
klasifikasi                : Panjang 80 cm- tinggi 47cm
Korban                                 : Ayam milik Pak endang.
Saksi                      : Pak Hasan
TKP                       : ditemukan di perkebuanan sawit Masuk ke dalam kandang   Ayam
Koordinat                : 47N 0756367-0183792

2. Pelapor
Nama                    : Syahril
Pekerjaan              : Staff Flagship conservation - Bukit Batu Distrik
Alamat                  : Mess karyawan  Bukit Batu Distrik.
Kondisi Umum kejadian
Pelaku                  :  Buaya Muara Corocodillus porosus
klasifikasi               : Panjang  170 cm.
Korban                  :  Tidak ada korban
Saksi                       :  Syahril
TKP                        : ditemukan melintas di kanal sekitar pemukiman karyawan Bukit Batu Dsitrik
Koordinat                :  47N 829976 160952

a. Kronologis kejadian.
1.       Macan Dahan Neofelis nebulosa
Berdasarkan keterangan team YPHS macan dahan ditemukan di perkembunan sawit milik masyarakat, lokasi administrasi berada di Kelurahan bangsa Aceh Kecamatan Sungai sembilan Kota Madya Duma, pelaku adalah macan dahan yang terperangkap masuk kedalam kandang ayam pada tanggal 21 oktober 2010 waktu : 01:20 WIB dini hari. Dari hasil observasi tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut namun dugaan sementara hanya kerugian ternak ayam. Tim melakukan evakuasi dengan menangkap satwaliar tersebut keluar dari kandang kemudian dibawa ke markas YPHS untuk dikarantina sementara.
2.       Buaya muara Crocodillus porosus
Berdasarkan keterangan dari Syahril saksi sekaligus penangkap, bahwa buaya muara tersebut  ditemukan melintas di kanal sekitar pemukiman karyawan Bukit Batu Distrik dengan ukuran 1,7 meter. Kejadian ini sudah terjadi 2 kali, sebelumnya dtemukan 4 ekor anak buaya ukuran 1 meter pada tahun 2009 dilokasi yang sama, dugaan sementara bahwa buaya yang tertangkap saat ini adalah generasi pertama dari 4 ekor yang tertangkap sebelumnya. Melihat kondisi lokasi kejadian berada dilingkungan pemukiman dan warga sekitar pun merasa cemas, akhrinya segera dilakukan penangkapan dan tertangkap pada pukul 18:00 WIB. Untuk sementara buaya tersebut dikurung dalam kandang karantina menunggu proses tindak lanjutnya.
b. Tindakan.
Sementara itu Tim YPHS melakukan koordinasi dengan pihak BKSDA Dumai dan Sinarmas untuk menindak lanjuti kasus ini, demi keselamatan satwaliar dilindungi ini akhirnya disepakati kedua satwaliar tersebut akan dilepas liarkan di SM Bukit Batu.
c. Teknis Pelespasliaran.
Pada tanggal 23 Oktober 2010, Tim YPHS, BKSDA, Flagship Conservation dan perwakilan dari BBD melakukan evakuasi pelespasliaran 2 satwaliar dilindungi ( Macan Dahan Neofelis nebulosa & Buaya Muara Crocodillus porosus ) ke Suaka Margasatwa Bukit Batu dengan tahapan sebagai berikut sesuai urutan gambar dari kiri ke kanan.  koordinat GPS. 47 N 0823644-0155624.
1.    Jenis macan dahan Neiofelis nebulosa , kelas umur dewasa.
2.    Proses Pengangkutan kandang ke dalam pompong.
3.    Perjalanan menuju SM bukit batu dengan jarak tempuh 1:30 menit
4.    Peletakan ke lokasi pelepasan.
5.    Pemasangan camera trap
6.    Proses pelepasan macan dahan.
7.    Proses pelepasan tali pengaman.
8.    Proses pelepasan buaya muara  Crocodillus porosus pada lokasi yang sama.
9.    Partisipan dalam proses kegiatn pelepasliaran, KSDA Dumai,YPHS, Flagship corsevation & BBD

KRONOLOGIS PENEMUAN BUAYA MUARA

Lokasi : Distrik Bukit Batu
KRONOLOGIS PENEMUAN  BUAYA MUARA
Crocodylus porosus


Latar Belakang
Berawal pada tahun 2007 ditemukan buaya ukuran dewasa di lingkungan kanal distrik humus, terjebak masuk dalam ponton besi yg terisi air hujan mengakibatkan permukaan air dengan ponton besi sama rata sehingga buaya terjebak kemudian dilakukan penangkapan oleh pawang setempat dan dibawa untuk dikarantina, menurut informasi buaya pelihara pawang tersebut mati penyebab kematian belum teridentifikasi, kemudian pada tahun 2008 ditemukan buaya ukuran dewasa di sekitaran parit dekat pemukiman karyawan ditemukan ketika sedang mengintai mangsa kambing milik penghuni mess karyawan, melihat pengalaman sebelumnya pihak perusahaan berinisiatif melakukan penangkapan dan segera melakukan pelepasan ke habitat aslinya di hulu sungai bukit batu, dan pada akhir 2009 ditemukan kembali 3 ekor anak buaya berukuran <1 meter diperkirakan buaya tesebut merupakan generasi dari induk buaya yang tertangkap pada tahun 2008 hingga saat ini masih dalam pengawasan di kolam karantina.

Identifikasi
Jika melihat kronologis diatas, ada beberapa indikator yang berpengaruh buaya keluar dari habitatnya antara lain:
  1. Ekologi
    • Perilaku
Hewan predator memiliki naluri memburu / indra penciuman mencari mangsa, dengan radius cukup jauh hidup untuk mencari mangsa dimana ketersediaan pakanya terpenuhi. Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan serasah dedaunan. Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.

    • Pakan
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, terkadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Jika melihat kondisi kanal yg ada di perusahaan memberikan sumber protein cukup, penyebab buaya keluar dari habitatnya kemungkinan ketersedian pakan di alam tidak mencukupi, pasang surut air berpengaruh terhadap ketersedian ikan tidak seperti kanal perubahan tinggi muka air tidak terlalu signifikan kondisi ini cocok untuk perkembangbiakan ikan. Buaya akan mencari tempat dmana keberadaan pakan berlimpah dan lingkungan yang tenang untuk berkembang biak, terbukti penangkapan buaya pada tahun 2008 disertai penemuan sarang dan telur yang sudah menetas.
  1. Aksesbilitas
    • Area bukit batu merupakan konsesi lahan gambut dimana sistem kanalisasi diaplikasikan untuk kegiatan operasional, setiap kanal memiliki jalur akses yg saling berhubungan, sebagai contoh didalam hutan lindung terdapat anak sungai merupakan inlet dari sungai bukit batu hal ini yang mengidikasikan akses tersebut dijadikan sebagai pintu masuk oleh buaya untuk mencari makan dan tempat baru untuk berkembang biak.
  2. Aktifitas
    • karakteristik sungai bukit batu merupakan salah satu habitat yang cocok bagi buaya muara, dengan vegetasi dan tasik / danau yang biasa digunakan buaya untuk berkembang biak, namun kondisi saat ini aktifitas jalur sungai sering dilalui oleh jalur pompong untuk berbagai kegiatan antara lain: nelayan sungai dan pengangkut kayu illegal, kondisi ini dapat mempengaruhi habitat buaya, karena buaya mencari tempat tinggal yang lebih tenang jauh dari jangkauan aktifitas, tidak seperti di kanal akses digunakan dimana ada kegiatan operasional saja. kemungkinan buaya menggunakan kanal - kanal yang jarang dilalui, kondisi seperti ini yang digunakan buaya untuk mencari kenyamanan berkembang biak dan merupakan  lokasi sumber pakan.
Rekomendasi:
Dari data yang sudah ada dijadikan sebagai acuan yang nantinya akan dilakukan survey lokasi untuk mengindentifikasi lebih lanjut mengenai keberadaan buaya dilihat berdasarkan indikator:
  1. Sumber pakan.
  2. Kondisi habitat
  3. Aksesbilitasi.

Upaya Evakuasi dan Translokasi Penyelamatan Macan Dahan

Kronologis Penemuan
Dumai, 21 Oktober 2010.  Pak ikhsan seorang petani hendak pergi ke ladang untuk melakukan rutinitasnya berkebun, seperti biasa setibanya dilokasi beliau selalu mengontrol  hewan ternak peliharaannya yaitu ayam jago kesayangnya, tidak seperti biasanya ayam miliknya ini tidak bersuara “berkokok” layak perilaku ayam pada umumnya, segeralah beliau mencoba mendekat dan melihat kondisi kandang untuk memastikan sebenarnya apa terjadi, ketika beliau memfokuskan penglihatannya ke dalam kandang dia tekejut! melihat seekor kucing besar  ukuran sebesar anjing dewasa berada didalam berwarna abu dengan corak tutul hitam, sang pemillik kandang pun panik dan bingung apa yang harus dilakukan, kemudian informasi ini beliau sampaikan ke rekan-rekan lainya dan salah satu dari mereka mencoba berinisiatif melaporkan kejadian ini ke YPHS (Yayasan Pelestarian Harimau Sumatera) dumai. Setelah mendapat berita tersebut Tim YPHS segera menuju ke lokasi kejadian dan mengevakuasi satwaliar tersebut untuk diselamatkan. Jenis satwaliar liar itu adalah Macan Dahan Neofelis diardi diardi. Tim menyampaikan informasi  kepada masyarakat sekitar bahwa hewan ini adalah satwaliar dilindungi dan jika mengalami hal seperti ini lagi tindakan yang tepat adalah segera melaporkan kepada pihak terkait dalam hal ini  BKSDA dan YPHS.

Diskripsi
Macan dahan sumatera Neofelis diardi atau lebih sering  disebut dengan  macan dahan merupakan salah satu anggota kucing besar selain singa, harimau, macan tutul, jaguar dan cheetah. Sebagaimana harimau dan macan tutul, macan dahan termasuk satwa langka yang dimiliki indonesia. Yang paling unik teryata macan dahan memiliki taring yg terbesar dan terpanjang hingga 2 inci diantara bangsa kucing lainnya. Semula macan dahan Sumatera Neofelis diardi dimasukkan dalam satu spesies dengan Macan Dahan Neofelis nebulosa yang terdapat di daratan Asia. Namun berdasarkan penelitian para ahli, sejak 2007 macan dahan Sumatera dikategorikan sebagai spesies tersendiri yang berbeda dengan saudaranya yang berada di dataran Asia. Macan dahan Neofelis diardi terdiri atas du sub spesies yaitu macan dahan borneo Neofelis diardi borneensis yang hidup dipulau kalimantan dan macan dahan sumatera  Neofelis diardi diardi yang hidup dipulau sumatera indonesia. Macan Dahan Borneo Neofelis diardi borneensis maupun Macan Dahan Sumatera Neofelis diardi diardi merupakan binatang nokturnal yang biasa melakukan perburuan di malam hari. Mangsa Macan Dahan meliputi aneka satwa liar mulai dari kera, rusa, ular, dan mamalia kecil lainnya. Habitat Macan Dahan mulai dari hutan pantai, rawa-rawa hingga pegunungan dengan ketinggian mencapai 3000 mdpl. Macan Dahan menghuni hutan-hutan dengan pepohonan yang lebat.

Status Konservasi
Macan Dahan Sumatera termasuk binatang yang langka dan terancam kepunahan. Oleh IUCN Redlist, dimasukkan dalam status konservasi “Terancam Punah” (Endangered). Juga diklasifikasikan dalam Apendix I oleh CITES. Populasi Macan Dahan Sumatera Neofelis diardi diardi lebih memprihatinkan, sekitar 3.000 hingga 7.000 ekor. Langkanya Macan Dahan ini lebih disebabkan oleh berkurangnya hutan sebagai habitat tempat tinggal dan berburu mereka akibat kebakaran hutan maupun pembalakan liar. Selain itu juga dikarenakan oleh perburuan yang dilakukan manusia untuk mengambil kulit dan taringnya. Macan Dahan Borneo dan Sumatera, pemilik taring terpanjang yang baru teridentifikasi sebagai spesies baru pada tahun 2007 kini telah terancam kepunahan. Apakah spesies endemik pulau Kalimantan dan Sumatera ini teridentifikasi hanya untuk punah dan hanya meninggalkan sebuah nama?

Upaya Penyelamatan
Riau memiliki hutan alam rawa gambut seluas  178.000 ha didalam terdapat 2 status kawasan konservasi yaitu Suaka Margasatwa membentuk lansekap yang solid sebagai jalur teritorial satwaliar didalamnya, memiliki  kebutuhan pendukung habitat satwaliar antara lain  sumber air, hewan buruan bagi satwa predator seperti babi hutan, napu, primata dan tegakan-tegakan pohon penghasil buah. Kawasan itu adalah Cagar Biosfer Giam Siak Kecil – Bukit Batu  BKKSDA YPHS, dan Flagship Conservation – Sinarmas Forestry merekomendasikan area inti Cagar Biosfer dijadkan sebagai kawasan pelepasliaran/ relokasi bagi satwaliar termasuk macan dahan yang tertangkap. Proses evakuasi mengikuti prosedur dengan mengutamakan keselamatan baik tim maupun satwaliar tersebut dimana aksesbilitas melalui sungai bukit batu mengunakan perahu kayu “pompong” dengan jarak tempuh 2jam, hingga tiba dilokasi tim segera melakukan pelepasliaran dengan teknik catrol up door  dengan tujuan keselamatan,  kedua sisi dekat pintu keluar dipasang 2 camera trap untuk dokumentasi dan akhirnya proses pelepasliaran itu berjalan dengan lancar.

Fieldtrip Malka Old – Consultan Unesco

Observation Site Market Sistem Hasil Panen Sektor Perkebunan dan Perikanan

lokasi - Desa Tasik Betung


A. Latar Belakang

Lebih dari 1 tahun kehadiran cagar biosfer Giam Siak Kecil telah  memberikan banyak informasi kepada publik melalui beberapa kegiatan penelitian yang telah dilakukan melalui kajian-kajian ilmiah seperti sosial ekonomi masyarakat, ekologi, dan pemanfaatan sumber daya alam. Dalam kurun waktu 1 tahun, lebih dari 10 peneliti baik lokal maupun internasional meneliti semua potensi yang bisa dikembangakan dan nantinya memberikan rekomendasi kepada semua steholder sebagai data base untuk managemen kolaboratif. Informasi ini telah berkembang di dunia internasional termasuk badan unesco dan memberikan peluang kepada consultannya untuk malakukan kajian demi pencapaian sistem pengololaan produksi yang lebih baik.

B. Tujuan

Terkait dengan hal tersebut kunjungan Malka Old, ingin mengetahui secara detail bagaimana proses sistem market yang dilakukan masyarakat sekitar cagar biosfer dalam penjualan hasil produksi perkebunan karet, sawit, sektor perikanan dan non timber.

C. Hasil

Agenda hari pertama berkesempatan mengunjungi kegiatan ujicoba labi-labi dan berdiskusi mengenai peluang market dari hasil kegiatan uji coba labai-labi dijelaskan oleh ketua LSM Siak cerdas, kemudian mengunjungi kegiatan BPPM (Balai Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat) mengenai sistem produksi mulai dari pemanenan hingga distribusi ke market store dengan tujuan utama memberdayakan masyarakat dengan pola pengembangan budidaya tanaman buah namun untuk saat ini masih dalam tahap konsumsi sendiri. Selanjutnya melihat dari  produsen tingkat bawah melalui observasi dan diskusi di desa tasik betung dengan pelaku produsen yaitu masyarakat mencari informasi bagaimana proses mekanisme tahapan hasil produksi sampai ke tangan konsumen, mulai dari tingkat produsen  (masyarakat) kemudian pengepul tingkat desa, pengempul tingkat kota hingga tiba di konsumen, ini merupakan proses pasar dimana transaksi sering terjadi dalam sepihak artinya kuntungan dari proses ini tidak merata, adanya kecurangan  dalam kesepakatan harga dengan alasan klasik menyatakan bahwa harga di pasar turun dan ini beerdampak kepada masyarakat sebagai produsen merugi.

D. Rekomendasi

Dengan mengetahui sistem market saat ini dan tidak hanya terjadi di desa tasik betung tetapi kedepanya pihak pengelola melalui jasa konsultan akan memberikan solusi yang terbaik bagaimana bisa meningkat keuntungan dari hasil pejualan melaui mekanisme yang adil tanpa mereka berupaya mengolah lahan baru untuk peningkatan produksi mereka namun mengelola lahan yang ada menjadi lebih produktif.

GREEN STUDENT AMBASSADOR GOLDEN TIKET FLYOVER

LOKASI - LANDSEKAP CAGAR BIOSFER GIAM SIAK KECIL-BUKIT BATU
 
A. Latar Belakang
Save The Earth Foundation (SEFo) Riau Pos melaksanakan pemilihan Green Student Ambassador (GSA) untuk mencari para pelajar dan mahasisiwa untuk menjadi Duta Lingkungan Hidup Provinsi Riau, kegiatan ini ditunjukan untuk membina dan memberikan edukasi lingkungan hidup kepada para pelajar dan mahasiswa sekaligus juga untuk mempromosikan keberadaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Dalam ajang pemilihan ini untuk pemenanag juara I akan mendapatkan kesempatan terbang menggunakan helikopter mengelilingi landsekap Cagar Biosfer secara langsung dari udara dan  pihak perusahaan akan memfasilitasi semua kegiatan ini 
B. Tujuan
Selama ini pemahaman mengenai cagar biosfer hanya sebatas pengenalan melalui publikasi media cetak, pihak perusahaan berharap para pemenang setelah diberikan kesempatan untuk melihat bentangan alam cagar biosfer melalui visual langsung melalui jalur terbang, bisa mewakili dari generasi muda untuk memberikan sosialisasi kepada generasi berikutnya atapun masyarakat bahwa warisan alam riau untuk indonsesia ini perlu dilestarikan dan butuh dukungan penuh tidak hanya pihak swasta saja tapi dari semua pihak untuk menyelamatkanya.
C. Hasil
Pemenang GSA 2010 mulai diterbangkan perdana mengelilingi CB GSK-BB dengan mengggunakan helicopter type PK-URQ take off dari perawang helipad.dari atas bia melihat penutupan kanopi tajuk yang bdegitu rapat, alami dan indah dengan kombinasi perairan tasik secara alami membentuk mozaic. Takjub! Terucap dari bebrapa personil GSA melihat hamaparan hutan yang dipenuhi oleh kombinasi warna daun, hijau kuning coklat, kekaguaman terpancar dari wajah personil the Chousa yang ikut terbang menikmati pengalaman mengelilingi Cagar biosfer GSK-BB” kalua dulu kami kurang yakin kalau di Riau masih ada hutan alami seluas ini, tapi setelah terbang mengeliling bentang alam CB GSK-BB semua pertanyaan itu terjawab. Rasa bangga terlihat dari wajah mereka dan semangat untuk bisa mengkampanyekan keseluruh masyarakat akan warisan kekayaan alam Riau.

d. Kesimpulan & Rekomendasi
Berharap kedepan GSA mampu mengakampanyekan dan menjelaskan tentang keberadaan CB GSK-BB ini kepada masyarakat, sehingga bukan kami lagi yang maju dan mempresentasikannya kepada masyarakat ataupun tamu luar daerah dan luar negeri namun generasi muda inilah yang maju kedepan untuk mempublukasikan. Merekalah yang nantinya akan mewarisi semua ini sehingga harus dilibatkan dari dini khususnya kepada GSA ini, karena bukan hanya tanggung jawab sinarmas forestry sebagai penginisiasi namun juga tanggung jawab bersama pemerintah, perusahaan dan masyarakat.

Kunjungan wartawan Kartini & Riau pos

Kunjungan wartawan dari kartini, Riau pos, dan media riau berkaitan dengan lomba karya tulis ilmiah dengan tema isu lingkungan saat ini, melalui perwakilan pihak humas arara – musherizal yatim mnyapaikan informasi untuk melakukan kegiatan kunjungan ke bukit batu & tasik betung beberapa agenda kegiatan selama 2 hari,
  • Desa tasik betung: inforamsi yang dikaji mengenai sosial ekonomi masyarakat keterkaitannya dengan kawasan hutan cagar biosfer, mulai dari sosialisasi.ss
  • beberapa bentuk kegiatan yang berkaitan dengan community di CB. GSK – BB bahwa telah dilakukan beberapa kegiatan mulai dari obeservasi site, sosialisasi baik internal dan melibatkan instansi pemrintah, institusi akademisi (UNRI)  dan project kerjasama dengan FKKM telah melakukan kajian ilmiah di Desa Tasik Betung perkembangan saat ini hasil masih dalam proses penyusuan laporan.



Tanggal : 19 & 20 juni 2010
Lokasi : Tasik betung & SM bukit Batu

Kunjungan Kerja Anggota DPRD Bengkalis

  • Latar Belakang
Berkenan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD kabupaten Bengkaslis khususnya dalam pelaksanaan pembangunan daerah, komisi II DPRD Kabupaten Bengkalis akan melaksanakan peninjauan ke lokasi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil di Bukit Batu
  • Hasil
Kegiatan berlangsung dalam 1 hari, dengan agenda antara lain: pemaparan kronologis cagar biosfer, membahas mengenai persetujuan dan MOU pihak swasta, pemerintah provinsi dan lembaga ilmiah dalam pengembangan kawasan cagar biosfer, selain itu membahas mengenai masalah yang di hadapi saat ini sebagai contoh, perambahan dan illegal logging merupakan ancaman besar dan perlu mendapat perhatian khusus dan menindaklanjuti masalah ini ke ranah hukum. Pada kesempatan yang sama Rombongan DPRD selanjutnya  meninjau lokasi SM. Bukit Batu, sepanjang perjalan rombongan bisa melihat langsung potensi keanekaragaman hayati, kondisi sepandan sungai dan beberapa titik lokasi ex illegal loging bukti nyata bahwa kawasan tidak seutuhnya terjaga, pada tahun 2009 flagship coservation melakukan investigasi  dan rekomendasi hasil laporan diserahkan kepada pihak BKSDA untuk dilakukan tindak lanjut, ironis disaat komitmen terhadap pengukuhan cagar biosfer mendapat persetujuan dari wakil Bupati Bengkalis disisi lain ada kepentingan  daerah kabupaten bengkalis menjadi setral penjualan hasil kayu- kayu illegal karena permintaan untuk konstruksi sangat tinggi
  • Rekomendasi
Harapan dari semua pihak dengan  adanya peninjauan kunjungan kerja, bisa memberikan solusi terutama masalah kejahatan hutan bagai manapun kawasan hutan  lindung suaka margasatwa merupakan milik negara dan kabupaten bengkalis harus berkominten penuh untuk menjaga keutuhaan karena merupakn bagian dari batas administrasi pemerintahan.

November  2010