MERAUP RUPIAH DARI SILAIS DAN BAUNG

Ikan selais dan baung dapat dimanfaatkan sebagai komoditi. Kedua jenis ikan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai komoditas ekonomi. Masyarakat Desa Tamiang Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis dan Desa Tasik Betung Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak, melihat potensi tersebut sebagai penambah pendapatan mereka. .

Sosialisasikan Cagar Biosfer Lewat Blog

CAGAR Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (CB GSK-BB) kini juga disosialisasikan melalui media internet. Tentunya di era kemajuan teknologi ini akses tercepat untuk mendapatkan informasi adalah melalui internet.

Tingkatkan Program Budidaya di Cagar Biosfer'

Suatu kawasan akan mempunyai kontribusi bagi manusia, apabila budidayanya baik. Karena dengan adanya budidaya itulah suatau kawasan dapat berkembang. Demikian halnya yang dilakukan oleh Sinarmas Forestry (SMF) terhadap Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB).

Riau Miliki Pengolahan Air Gambut Terbesar

BUKITBATU (RP)- APAG 60 atau Alat Pengolaan Air Gambut 60 yang dipasang di Tanjungleban, Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau merupakan alat pengolahan air gambut terbesar di Indonesia

SAM KEHUTANAN RESMIKAN SEKRETARIAT CAGAR BIOSFER

GSKBB - Staf Ahli Menteri (SAM) Kehutanan Dr Agus Mulyono meresmikan pemakaian Sekretariat Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSKBB).

Selasa, 20 November 2012

Kayu Jongkang, Eksotisme yang Semakin Pudar


KAYU Jongkang yang memiliki nama latin Palaquium Leiocarpus merupakan salah satu spesies tumbuhan yang berada di kawasan inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu. Tidak hanya itu, Kayu Jongkang  juga merupakan salah satu tumbuhan asli Nusantara yang tersebar di Indonesia bagian barat dan Semenanjung Malaya. 
Tumbuhan ini juga terdapat Australia, Asia, Taiwan bahkan sampai ke Kepulauan Solomon. Walaupun keberadaannya tersebar, tumbuhan ini telah masuk kategori tumbuhan langka di Indonesia dengan urutan ke-9 dan patut dilindungi dan lestarikan. 
Hal ini dikarenakan, tumbuhan ini memiliki manfaat yang cukup besar diberbagai aspek terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, seperti papan perumahan, kayu lapis, lantai dan jendela, alat musik, alat olahraga, industri, alat kedokteran, serta perkapalan. Ditambah lagi dengan kapasitas ketahanan dan kekuatannya yang baik dan mudah dibentuk, membuat kayu ini sangat diminati.
Kayu ini memiliki warna bervariasi untuk kayu yang digunakan pada lantai rumah biasanya berwarna coklat kuning, coklat muda, coklat ungu, coklat merah sampai coklat  atau merah tua. Kayu biasa berwarna lebih muda, tapi biasanya hanya sedikit berbeda dari kayu untuk lantai, tebal sering kali 5 sampai 10 cm.

Di samping itu jongkang juga menghasilkan getah yang disebut Hangkang Gum. Getah yang dihasilkannya memiliki harga yang lebih tinggi, dikarenakan kayu Jongkang tidak mengandung air yang berlebihan.

Tinggi pohon ini kisaran 30 m – 45 m dengan panjang batang bebas cabang yakni, 15 m – 30 m dan diameter 50 cm – 100 cm serta memiliki warna daun merah karat.

Di Indonesia, kayu Jongkang dapat ditemukan di hutan primer tumbuh pada dataran rendah tanah berawa dengan jenis tanah liat atau tanah berpasir dan di daerah curah hujan tinggi pada ketinggian 900 m dari permukaan laut.(melati-gsj/dac)

Nasib Si Hitam Manis Pencari Lebah


BERUANG madu atau dalam bahasa latin disebut Helarctos malayanus merupakan spesies (jenis) beruang terkecil dari delapan jenis beruang yang ada di dunia. Beruang madu (Helarctos malayanus) yang juga merupakan spesies di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu sangat menyukai sarang lebah (anak lebah dan madunya) sebagai makanan favoritnya.
Beruang madu mempunyai panjang tubuh sekitar 1,4 meter dengan tinggi punggungnya sekitar 70 cm. Beruang madu dewasa mempunyai berat tubuh antara 50-65 kg. Dengan ukuran tubuh ini, menjadikan Beruang madu sebagai beruang terkecil diantara jenis-jenis beruang lainnya yang terdapat di dunia.
Sejak tahun 1994, Beruang madu di kategorikan dalam status konservasi “Rentan” (Vulnerable; VU) yang berarti spesies ini sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar. Selain itu binatang pemakan madu ini juga telah dimasukkan dalam CITES Apendix I sejak tahun 1979.
Ancaman kepunahan terhadap Beruang madu cukup memprihatinkan. Beruang madu banyak diburu orang karena punya nilai jual cukup tinggi. Yang sering kali diperjualbelikan di pasar gelap antara lain empedu, daging dan bulu dewasa. Selain itu juga Beruang madu dewasa maupun anak-anak yang dijual sebagai binatang peliharaan.
Ancaman lain terhadap populasi Beruang madu adalah rusaknya habitat akibat pembukaan hutan untuk pemukiman dan perkebunan serta kebakaran hutan yang semakin mempersempit ruang binatang pemakan madu ini.
Semoga Beruang madu yang merupakan spesies terkecil ini masih tetap mampu bertahan di habitatnya. Dengan upaya konservasi maksimal, spesies ini tetap menjadi beruang primadona di Indonesia.(melati-gsj/dac)