Selasa, 20 November 2012

Kayu Jongkang, Eksotisme yang Semakin Pudar


KAYU Jongkang yang memiliki nama latin Palaquium Leiocarpus merupakan salah satu spesies tumbuhan yang berada di kawasan inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu. Tidak hanya itu, Kayu Jongkang  juga merupakan salah satu tumbuhan asli Nusantara yang tersebar di Indonesia bagian barat dan Semenanjung Malaya. 
Tumbuhan ini juga terdapat Australia, Asia, Taiwan bahkan sampai ke Kepulauan Solomon. Walaupun keberadaannya tersebar, tumbuhan ini telah masuk kategori tumbuhan langka di Indonesia dengan urutan ke-9 dan patut dilindungi dan lestarikan. 
Hal ini dikarenakan, tumbuhan ini memiliki manfaat yang cukup besar diberbagai aspek terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, seperti papan perumahan, kayu lapis, lantai dan jendela, alat musik, alat olahraga, industri, alat kedokteran, serta perkapalan. Ditambah lagi dengan kapasitas ketahanan dan kekuatannya yang baik dan mudah dibentuk, membuat kayu ini sangat diminati.
Kayu ini memiliki warna bervariasi untuk kayu yang digunakan pada lantai rumah biasanya berwarna coklat kuning, coklat muda, coklat ungu, coklat merah sampai coklat  atau merah tua. Kayu biasa berwarna lebih muda, tapi biasanya hanya sedikit berbeda dari kayu untuk lantai, tebal sering kali 5 sampai 10 cm.

Di samping itu jongkang juga menghasilkan getah yang disebut Hangkang Gum. Getah yang dihasilkannya memiliki harga yang lebih tinggi, dikarenakan kayu Jongkang tidak mengandung air yang berlebihan.

Tinggi pohon ini kisaran 30 m – 45 m dengan panjang batang bebas cabang yakni, 15 m – 30 m dan diameter 50 cm – 100 cm serta memiliki warna daun merah karat.

Di Indonesia, kayu Jongkang dapat ditemukan di hutan primer tumbuh pada dataran rendah tanah berawa dengan jenis tanah liat atau tanah berpasir dan di daerah curah hujan tinggi pada ketinggian 900 m dari permukaan laut.(melati-gsj/dac)

0 komentar: