Rabu, 21 September 2011

Sejarah Tasik Betung


Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu(GSK-BB) merupakan upaya konservasi contoh ekoregion hutan rawa gambut Sumatera dengan keistimewa banyaknya “tasik” (danau kecil) di dalamnya. Cagar Biosfer GSK-BB terletak di daerah aliran sungai Siak Kecil yang mempunyai peran menjaga keseimbangan eko-hidrologi daerah sekitarnya termasuk Kota Siak Sri Indrapura. Air adalah issue pokok dilansekap gambut ini karena dibawah permukaan tanahnya mempunyai ciri penampung air terutama di kawasan bagian tengah. Begitu banyak keindahan alam yang dipancarkan oleh tasik-tasik yang menjadi sumber penghidupan masyarakat disana, salah satunya adalah Tasik Betung.

Dibalik nama pasti ada sejarah mengapa nama tersebut disandang, nama-ama tasik di GSK-BB diberikan oleh masyarakat yang tinggal disekitar daerah tasik. Tasik Betung adalah salah satu tasik yang memiliki sejarah nama yang sederhana namun melegenda. secara etimologi, Tasik Betung terdiri dari kata ”tasik” dan kata ”betung”. “Berdasarkan penelusuran sejarah Desa Tasik Betung dengan wawancara tokoh masyarakat yang dituakan atau sesepuh kampung didapatkan sejarah Tasik Betung. Sejarah Tasik Betung bermula dari sebuah cerita seorang imam (Hakim Sholeh) berserta rakyat pengikutnya yang datang dari Siak Kecil mengunakan rakit mengarungi sungai dengan alat pengayuh berupa bambu betung,” ujar Yuyu Arlan Manager Flagship SinarMas Forestry.

“Selanjutnya imam tersebut berhenti ditepi tasik (danau). Beliau menancapkan bambu betung untuk mengikat rakitnya. Bambu tersebut kemudian tumbuh dan berkembang menjadi rumpun bambu. Oleh karena tempat pemberhentian tersebut tidak bernama maka diberilah nama Tasik Betung,” tambahnya.

Membayangkan sedemikian banyaknya tasik seperti sebuah mangkuk luar biasa besarnya yang menampung air dan menyimpannya, kemudian melepaskannya kembali saat musim kemarau tiba, sungguh keajaiban alam luar biasa. Desa-desa di hilir sungai tentunya dapat terhindar banjir saat musim hujan dan terhindar kekeringan saat musim kemarau, hanya dengan satu syarat yaitu jangan melakukan kerusakan lebih lanjut terhadap benteng terakhir alami yang tersisa di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, atau kita mengabaikan dan akhirnya bencana alam mengerikan yang akan terjadi, seperti banjir, kekeringan dan bahkan kebakaran sepanjang tahun.

0 komentar: