Suatu tempat yang letaknya tak jauh dari garis khatulistiwa. Bentangan hutan perawan dari sedikit yang tersisa di permukaan Bumi. Selama ribuan tahun cuaca dan iklim telah membentuknya. Menyisakan pemandangan yang purbawi sebagaimana hutan pada mulanya, sebelum peradaban mengubahnya. Dan bentangan hutan ini adalah bentangan hutan dataran rendah yang khas. Setiap helai daun, setiap batang ranting berjatuhan ke lantai hutan bercampur dengan fosil dan jasad renik bertumpuk lapis demi lapis membentuk hutan rawa gambut yang unik. Selain menyimpan stok karbon yang paling tinggi, hutan ini merupakan gudang keanekaragaman hayati. Penelitian oleh WWF (World Wide Fund For Nature) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2003, menunjukkan di dalam blok hutan seluas 0.2 hektare terdapat sedikitnya 215 jenis tumbuhan berbunga.
Data dan fakta tentang kawasan hutan yang terletak di antara Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak ini semakin menebalkan semangat para peneliti dan kelompok pelestari. Artinya Sumatera khususnya Riau masih memberikan harapan untuk menerapkan konsep-konsep pelestarian. Hutan yang menyumbangkan warna hijau yang tebal dan acak itu berada di dalam dua kawasan lindung rawa gambut, Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil dan Bukit Batu. Warna hijau itu terpisahkan oleh warna hijau yang memuda, kawasan hutan produksi yang kemudian ditetapkan menjadi kawasan pelestarian oleh Sinarmas Forestry.
Ketiga kawasan, Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, Suaka Margasatwa Bukit Batu, dan kawasan konsesi perhutanan Sinarmas Forestry, bila digabungkan akan membentuk hamparan hutan seluas 178.722 hektare atau kira-kira 2,7 kali luas Provinsi DKI Jakarta. Upaya sekecil apapun untuk mengkonservasi dan menghindari deforestasi hutan rawa gambut akan sangat berarti, walaupun pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan konservasi tidaklah mudah. Oleh karena itu perlu pendekatan yang tepat untuk pengelolaan SM Giam Siak Kecil dan SM Bukit Batu. Pengembangan kedua SM dan areal sekitarnya sebagai Cagar Biosfer dipandang merupakan pendekataan pengelolaan yang paling tepat. Pada tahun 2006, Sinarmas Forestry mengusulkan gabungan ketiga kawasan tersebut kepada pemerintah untuk menjadi Cagar Biosfer di Provinsi Riau.
Setelah melalui proses panjang, akhirnya Cagar Biosfer Giam Siak Kecil - Bukit Batu ditetapkan dalam sidang MAB (Man and the Biosphere) - UNESCO di Jeju, Korea Selatan, 26 Mei 2009 lalu. GSK-BB adalah satu dari 22 lokasi yang diusulkan 17 negara yang diterima sebagai cagar biosfer.
Tahun ini adalah tahun kedua setelah penetapan Giam Siak Kecil – Bukit Batu menjadi cagar biosfer, masih banyak yang harus dilakukan. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama, pengelolaan kawasan harus dilakukan bersama antara pemerintah, swasta, dan komunitas sesuai dengan area yang dikelolanya dan kompetensinya. Status cagar biosfer bukan merupakan tujuan akhir, melainkan awal dari kerja besar yang menanti.
(risky ade maisal)
(risky ade maisal)
2 komentar:
sangat berguna :) terima kasih !
Silahkan mengunjungi berita lainnya :)
Posting Komentar