Ekosistem hutan merupakan rumah bagi berbagai jenis makhluk hidup penghuni palanet bumi ini. Namun kondisi jumlah areal hutan yang semakin menurun dapat mengancam keselamatan poulasi berbagai jenis satwa yang menghuni ekosistem tersebut. Perduli, menjaga dan melestarikan adalah cara yang sebaiknya dilakukan agar alam dapat diwariskan untuk generasi dimasa depan. Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB), salah satu ekosistem hutan yang masih tersisa. Cagar biosfer yang memiliki luas 178.722 hektar ini masih menyimpan berbagai keunikan satwa yang eksotis.
Salah satu jenis spesies burung yang menghuni di GSK-BB adalah Serindit Melayu atau Loriculus galgulus. Burung ini berukuran kecil, dengan panjang mencapai 12 cm, berekor pendek dan berparuh-bengkok. Bulunya didominasi oleh warna hijau dengan sebagian bulu ekor dan leher berwarna merah. Walaupun ada perbedaan, burung jantan dan betina hampir serupa. Burung serindit jantan memiliki bercak kepala bagai mahkota berwarna biru dan bercak tenggorokan berwarna merah, warna secara keseluruhan lebih cerah dan bersih. Burung betina berwarna lebih kusam dibanding jantan.
Habitat dan populasi Serindit Melayu tersebar di hutan dataran rendah, dari permukaan laut sampai ketinggian 1,300m di Asia Tenggara. Memiliki area habitat untuk hidup dan mencari makan hingga radius 1.410.000 Km persegi.
Meskipun belum terdaftar dalam kategori ke dalam daftar satwa yang terancam punah, namun jika tidak serius dalam menjaga kelestarian hutan dan isinya tentunya dalam hitungan waktu, satwa yang menjadi maskot Riau ini akan terancam punah. Oleh karena itu dengan keutuhan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSKBB) Riau diharapkan serindit terus ada. (diah-gsj)
0 komentar:
Posting Komentar